Curug Sewu: Air Terjun Terderas yang Sedang Tidak Deras

 

Kalau diingat-ingat ternyata saya cukup sering untuk menulis artikel mengenai air terjun. Saya pun selalu punya keinginan untuk bisa mengunjungi Air Terjun Kapas Biru dan Tumpak Sewu, walaupun belum pernah kesampaian karena lokasinya yang terbilang tidak dekat dari rumah saya, bahkan dari pusat kota terdekatnya. Maka dari itu saya selalu mencari alternatif lain yang pesonanya tidak kalah dengan air terjun yang saya sebutkan tadi. Dan pastinya enggak jauh-jauh amat dari tempat tinggal saya. Maklum, cari yang ngirit. Hehehe

Terus terang saja saya selalu senang untuk mencari informasi mengenai sejumlah air terjun yang ada tidak jauh dari tempat saya. Terutama yang memiliki debit air deras, tinggi, atau lebar. Namun, sayangnya di Jawa Tengah tidak banyak yang bisa menarik perhatian saya, kecuali air terjun di Banyumas yang memang keren-keren sekali pesonanya−maklum kabupaten seribu air terjun. Enggak ada yang mengklaim, sih. Hanya anggapan pribadi saya karena air terjunnya banyak banget. Tapi, memang di sana banyak yang menarik perhatian saya. Sayang, dari Magelang atau Semarang cukup jauh jaraknya.

Maka dari itu, setelah mencari informasi, ketemulah satu air terjun yang menarik banget untuk saya. Yaitu Air Terjun Curug Sewu yang berada di Kabupaten Kendal. Tidak terlalu dekat juga dari Semarang, tapi masih bisa saya jangkau dengan sepeda motor. Satu hal pasti yang menarik perhatian saya adalah debit airnya yang deras banget dan aliran air yang lebar. Woah, ya jelas gas pol dong. Sembari menyegarkan pikiran setelah terlalu lama berada di rumah.

Banyak argumen yang menyatakan bahwa air terjun ini merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah. Ada pula yang menyatakan bahwa air terjun ini merupakan yang paling deras di Jawa Tengah. Namun, setelah saya riset, tidak ada informasi pasti yang mengamini kedua kalimat tersebut. Bahkan, banyak juga yang menulis kandidat lain sebagai yang tertinggi. Lagi-lagi tidak ada data pasti mengenai hal itu, saya pun jadi ragu menuliskan kata “tertinggi” di judul artikel ini. Ya sudah, saya ganti “terderas” saja, sebab jika dilihat di foto, memang Curug Sewu ini benar-benar deras dan saya belum menemukan lagi kandidat yang debit airnya lebih deras dari pada Curug Sewu di Jawa Tengah.

Saya memulai perjalanan dari Kota Semarang, dengan melewati Jl. Raya Gunung Pati kemudian dilanjutkan ke Jl. Raya Boja. Sudah 4 tahun di Semarang, tapi belum pernah melewati jalur ini untuk sampai ke Kendal, dasar saya. Ternyata jalannya sudah sangat bagus, walaupun beberapa spot sedikit macet karena banyaknya truk, ditambah dengan jalannya yang tidak besar. Namun, setelah melewati Boja, jalanan lebih sepi dengan jalan beton yang melewati perbukitan dengan pemandangan ciamik di sepanjang jalan menuju Curug Sewu.

Setelah melewati jalanan dengan kanan-kiri berupa hutan karet dan usai melewati hutan-hutan karet, saya melewati perbukitan yang mengingatkan pada jalanan Gunung Kidul, Yogyakarta. Tandus dan pemandangannya hampir mirip, jalannya pun naik turun khas perbukitan. Yang saya suka, tidak ada jalan berlubang. Jos banget! Saya pun senang sendiri karena melewati jalanan mulus dan melewati kebun buah sebelum sampai air terjun, rasanya seperti Jl. Raya Dieng karena view-nya bagus banget! Saya enggak nyangka kalau jalannya sudah sangat mulus dan kelak-kelok jalannya yang menyenangkan.

Setelah sekitar 1 jam 20 menit, saya sampai di Curug Sewu. Tempat ini cukup strategis, kita tidak perlu membayangkan bahwa jalannya akan rusak atau susah seperti jalan menuju air terjun pada umumnya. Pengurus air terjun pun sudah siap siaga ketika ada pengunjung yang datang. Protokol kesehatan pun tetap diberlakukan, walaupun saya rasa “tembakan” suhu tubuh yang digunakan sedikit ngaco. Masa iya suhu tubuh saya hanya 33 derajat. Hmmm, perlu diganti sepertinya. Namun, di luar hal itu, petugas tampak sangat merawat wisata ini dengan sangat baik.

Tiket per orang adalah IDR 7.200,-, saya juga kaget “Kok enggak digenapkan sekalian ke 7.500, ya?”. Ngomong-ngomong Air Terjun Curug Sewu ini baru saja buka sekitar 2 mingguan setelah libur panjangnya. Sepertinya banyak juga yang datang ketika tutup dan akhirnya balik lagi, padahal lokasinya enggak dekat. Sayang sekali ya kalau seperti itu, sebelum berangkat saya sempatkan dulu untuk mencari informasi, dan saya nemu di artikel milik website RRI yang menyatakan bahwa Curug Sewu baru saja buka bulan Juli lalu. Wah, sayang banget jika informasi penting seperti ini harus “tenggelam” di antara artikel-artikel milik perusahaan besar yang kadang informasinya enggak penting-penting amat.

Seperti biasa, jalan menuju air terjun merupakan jalanan menurun dengan anak tangga yang sudah sangat rapi. Sepertinya memang kalau ke air terjun itu harus menurun dulu ya, ada enggak sih yang jalannya malah naik dulu? Sekitar 10 menit, saya sampai di view point terbaik di sini, tentu saja jaraknya dekat dari aliran air. Walaupun sebenarnyakalau kita malasbisa saja hanya nonton air terjun ini dari ketinggian, karena memang disediakan gardu pandang di sana. Tapi, untuk saya pribadi sayang sekali jika hanya menikmatinya dari jauh saja.

Saya sepertinya terlalu berekspektasi tinggi pada air terjun ini. Kenyataannya saya datang saat musim kemarau, dan aliran air Curug Sewu sedang tidak sederas biasanya. Ah, sial, padahal saya tertarik karena debit airnya yang enggak biasa. Tapi ya sudah, mungkin memang saya harus kembali lagi ke sini besok. Haha

Kalau saya lihat, ternyata jalan setapaknya tidak hanya sampai pada view point ini, masih bisa lagi turun untuk melihat perspektif berbeda dari Curug Sewu. Karena menurut info, Curug Sewu ini merupakan air terjun bertingkat. Namun, lagi-lagi karena debit airnya sedang tidak deras, saya jadi agak malas untuk turun lagi. Tapi, jika turun sedikit, akan bertemu sebuah mata air bernama Tuk Lanang. Berharap saya punya drone jadi bisa mendapat pemandangan enggak biasa dari Curug Sewu. Ya, berharap dulu enggak apa-apa, kan? Haha

Tuk Lanang

Walaupun tidak deras, tetap saja Curug Sewu masih tergolong lumayan deras jika dibandingkan dengan air terjun lainnya. Namun, untuk ukuran Curug Sewu, debit air kali ini sangat terlihat sekali perbandingannya. Tenang saja, saya enggak kecewa-kecewa amat, kok. Curug Sewu ini harus saya akui keindahannya. Saya enggak bisa membayangkan betapa keren tempat ini jika dalam waktu terbaiknya. Satu hal yang pasti adalah saya memang harus benar-benar kembali lagi suatu saat untuk mendapatkan waktu terbaik dari Air Terjun Curug Sewu! 




Oh ya, langkah pemerintah setempat harus diapresiasi dalam pembangunan Curug Sewu sebagai salah satu pesona terbaik yang dimiliki Kabupaten Kendal. Semoga, Curug Sewu bisa menjadi contoh untuk wisata di daerah lain agar pesona yang dimiliki negeri ini bisa lebih dikenal masyarakatnya sendiri. Tapi, kita sebagai masyarakat lokal harus membantu segala upaya yang dilakukan, termasuk menjaga kebersihannya. 

Selamat berkelana, semoga kita berpapasan!

 

Salam hangat,

Angga Tannaya


0 Response to "Curug Sewu: Air Terjun Terderas yang Sedang Tidak Deras"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel