Suasana Zaman Majapahit di Angkringan Kampung Jawi Semarang

Mungkin kata "zaman Majapahit" terdengar sedikit berlebihan, sebab kita hidup di zaman modern yang jauh melewati zaman ketika Majapahit masih berdiri di wilayah negeri ini. Namun, saya rasa kata tersebut dapat sedikit menggambarkan betapa uniknya suasana yang terasa ketika kita berkunjung ke Kampung Jawi. Saya baru mendengar nama tempat ini ketika seseorang mengajak saya untuk sekadar makan malam di tempat tersebut. Lantas saya segera mencari tahu terlebih dulu tentang bagaimana kira-kira tempat ini. 

Ternyata memang konsep yang digunakan adalah dengan minim listrik dan beberapa jumlah warung yang menjual makanan atau minuman tradisional yang melengkapi "rasa" zaman dahulu. Saya bener-bener seneng sama konsepnya, jarang-jarang ada tempat makan yang menawarkan konsep seperti ini di Kota Semarang. Jika mencari tempat makan modern, saya rasa Semarang memiliki banyak sekali pilihan menarik dan berlomba menciptakan tempat yang nyaman sehingga pengunjung betah berlama-lama nongkrong dan beli makanannya. Tapi, Kampung Jawi ini berani tampil beda.

Dimana, sih, lokasi Kampung Jawi?


Seperti yang saya tuliskan tadi, tempat ini berada di Kota Semarang. Benar-benar di kotanya ya, bukan di Kabupaten Semarang. Pertama kali saya sempat berpikir bahwa tempat ini pasti berada sedikit jauh dari pusat kota, ternyata malah terbilang dekat. Apalagi saya yang ngekos di Sekaran, deket bangeett tinggal turun sedikit saja.

Nah, pertama yang harus dituju adalah daerah bernama Sampangan, cukup dekat dengan Kampus UNIKA. Setelah menemukan kretek wesi atau jembatan besi di daerah Sampangan, ambil jalan ke arah Sukorejo. Biasanya orang-orang yang ingin berkunjung ke Lembah Kalipancur melewati jalan ini, walaupun saya belum pernah, sih. Hehehehe. Ikuti saja jalan utamanya, nanti akan ketemu beberapa petunjuk arah yang mengarahkan ke Kampung Jawi. Bisa juga bertanya dengan warga sekitar, mereka pasti tahu. Atau kalau males, pakai saja Google Maps. Hehehe

Saya sampai di lokasi sebelum pukul 5 sore, dan masih terbilang sepi hanya ada beberapa pengunjung saja saat itu. Ngomong-ngomong Kampung Jawi baru buka pukul 5, jadi kalau datang sebelum itu kalian mungkin saja belum bisa menukarkan uang dengan Kepeng. Nah, Kepeng apaan, sih? Jadi, semua makanan dan minuman yang dijual di tempat ini dibayar menggunakan Kepeng tersebut. Semacam kayu persegi panjang dengan sebuah logo dan harga 1 buah Kepeng adalah IDR 3.000. Jadi, misalkan kalian beli makanan seharga 3 Kepeng, berarti harganya adalah IDR 9.000, tinggal dikalikan saja. Kepeng ini jadi "mata uang" yang berlaku di Kampung Jawi. Menarik banget, ya?

Kepeng


Saya menukarkan uang IDR 45.000, dan saya dapat 15 buah Kepeng untuk berdua. Iya serius, untuk berdua, dan saya cukup kenyang. 2 Kepeng untuk jagung bakar, 3 Kepeng untuk minuman jahe rempah, 4 Kepeng untuk dua buah nasi bakar isi ayam, 2 Kepeng untuk Es Siwalan dan 1 Kepeng untuk tiga buah gorengan. Lumayan bisa beli banyak kan? Haha. Kalau misal Kepeng yang sudah ditukar dirasa sisa, bisa dikembalikan kok dan kita dapat uang kembalian kita.

Penerangan utama di setiap meja adalah sebuah senthir, bahasa indonesianya apa sih, ya? Haha. Pokoknya semacam lampu dari api berbahan bakar minyak. Seperti korek minyak tanah itu, lho. Benar-benar berasa seperti Senthir Light Dinner. Hahaha. Walaupun begitu tetap ada listrik di sana, meski sedikit sekali. Dan jelas tidak ada AC karena ini outdoor, rasa gerahnya Kota Semarang benar-benar terasa.





Menurut beberapa penjual di sana, jika hari Sabtu atau Minggu pengunjungnya bisa membludak, bahkan kalau sedang apes, bisa-bisa enggak dapat kursi. Menunggu orang selesai makan hanya untuk dapat tempat makan? Hmm.

Maka dari itu, saya sangat menyarankan untuk datang ke Kampung Jawi saat weekdays saja mengingat banyak sekali pengunjung yang antusias dengan angkringan yang menawarkan nuansa jadul seperti ini. Ditambah lagi dengan ditawarkannya pemandangan langit jingga di atas lembah dan sebuah kali yang jika musim penghujan suara alirannya bakal menenangkan pikiran. Selain itu, yang menarik adalah pengurus di sana membacakan menu yang ada menggunakan Bahasa Krama Inggil, asyik banget! Selain dapat makanan enak dan murah, kita secara tidak langsung diberi edukasi mengenai budaya kita sendiri. 

Jadi, apakah kalian berminat mengunjungi Kampung Jawi?

Selamat berkelana, semoga kita berpapasan!


Salam hangat,

Angga Tannaya

 

0 Response to "Suasana Zaman Majapahit di Angkringan Kampung Jawi Semarang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel