Pantai Baruna: Pantai dengan Padang Ilalang nan Luas

 


Jika pantai yang kita bayangkan biasanya adalah berupa air asin nan luas dengan hamparan pasir putih maupun hitam, maka pantai yang satu ini memiliki keunikannya sendiri. Lupakan semua bayangan pasir yang kalian pikirkan, sekarang coba bayangkan pantai dengan hamparan ilalang nan luas. Mungkin akan sedikit sulit dibayangkan karena memang Pantai Baruna ini tidak "umum". Bukan berarti tidak ada pasirnya sama sekali, tetap ada kok, walaupun memang sangat sedikit.

Saya sudah beberapa kali mengunjung pantai satu ini. Dulu, pertama kali saya berkunjung ketika hujan terkadang turun. Terus terang saja saya tidak ada pandangan sama sekali dengan pantai ini−bagaimana rutenya, apakah panoramanya bagus atau tidak−benar-benar tidak ada bayangan. Akhirnya pun saya langsung gas pol saja menuju ke lokasi, menggunakan motor matic. Lokasi Pantai Baruna tidak terlalu jauh jika ditempuh dari pusat Kota Semarang, mungkin hanya 15 menit saja kalau hafal dengan jalannya. Saya yakin, bagi kalian yang berdomisili di Semarang pasti mengenal Pantai Marina. Nah, Pantai Baruna ini berada di seberangnya, berada di sebelah timur dan dipisahkan sebuah muara.

Jika bingung, cobalah cari Sekolah Terang Bangsa, jika dari arah Kendal terus saja sampai bertemu sebuah perempatan pertama, ambil kiri. Ditandai dengan dengan sebuah gapura unik seperti halnya gapura khas Bali, namun jalannya terlihat tandus jika udara sedang panas. Biasanya akan ada orang yang menarik uang masuk di gapura itu. Dulu saat pertama kali saya datang, tidak ada yang menariki biaya sama sekali untuk masuk ke area pantai. Namun, saat terakhir kali berkunjung, saya ditarik tarif masuk IDR 3000,-/orang.

Jalan menuju padang ilalang

Saya sangat menyarankan untuk menggunakan motor saja, karena jalannya yang sempit jika menggunakan mobil. Bisa saja dengan mobil, namun jika ragu-ragu dengan kemampuan mengemudinya saya sarankan jangan dipaksa. Apapun yang dipaksa kan enggak enak pasti. Huehehehe. Sialnya, seperti yang saya katakan di atas, saat pertama kali ke sini jalannya benar-benar rusak, enggak beraturan. Jalan kecil dengan lumpur yang bercampur sampah super banyak, pakai matic lagi, wadaw. Saya tidak menyarankan untuk mengunjungi Baruna ketika musim hujan, bikin kesal pokoknya.

Tujuan saya memang ke spot padang ilalang, tidak berniat menikmati garis pantai satu ini. Sebelum sampai padang ilalang, kalian akan melewati sebuah monumen batu dengan bahasa Jepang. Menurut informasi yang saya dapat, monumen ini berhubungan dengan Pertempuran 5 Hari di Semarang. Monumen tersebut bernama Chinkon no Hi atau biasa dikenal Monumen Ketenangan Jiwa. Monumen ini dibangun untuk memperingati peristiwa pertempuran tersebut dari sisi yang berbeda. Cerita tentang terbunuhnya tentara maupun warga sipil Jepang pada masa lalu sangat melekat dengan monumen ini. Maka dari itu, monumen dibangun menghadap utara dengan maksud menghadap negara Jepang. Kalau saya baca di beberapa artikel, ternyata cukup banyak orang Jepang yang berziarah ke monumen ini. 




Setelah melewati monumen, kita akan melewati sebuah jalan setapak sampai ke padang ilalang. Tidak ada pasir pantai di sebelah kiri, walaupun muara dan laut sudah terlihat. Hanya terdapat pemecah ombak dengan sampah-sampah yang menghiasi. Tips saya, lebih baik datang antara pukul 4 sampai 5 karena cahaya matahari di jam itu sedang cantik-cantiknya, cocok untuk yang suka dengan fotografi pastinya. 

Tidak ada yang lebih menarik bagi saya di pantai ini kecuali padang ilalangnya. Bibir pantainya terus terang saja tidak menarik perhatian saya, tetapi sepertinya akan menarik untuk yang suka memancing keributan ikan, karena ternyata cukup banyak orang yang sedang mancing di Pantai Baruna. Jangan membayangkan akan ada orang membuka warung di sini, apalagi toilet. Sepertinya memang Pantai Baruna ini tidak dirawat sedemikian rupa untuk menjadi tempat wisata, padahal ada nilai sejarah yang berharga, lho.

Dipotret dengan enggak niat 


Ngomong-ngomong, katanya kawasan Pantai Baruna ini dulunya adalah sebuah taman rekreasi, lengkap dengan sejumlah fasilitas. Dan setelah dibeli oleh pihak swasta, semuanya diratakan dan walhasil terbengkalai seperti sekarang. Tetapi, saya enggak tahu nih informasi tersebut valid atau tidak. Jika kawan-kawan tahu mengenai informasi tersebut jangan sungkan untuk berkomentar di kolom bawah yak.

Namun, senja di pantai ini memang bukan main keren banget! Tidak ada yang menghalangi. Rasanya duduk di antara ilalang sembari chill nikmatin senjahhh asyik bener. Saya rasa cocok sekali untuk yang ingin menyendiri, mendengarkan deru ombak di kala sore memang selalu menyenangkan. Lupakan semua sampah yang ada, cukup nikmatin saja suasananya. Dijamin tenang banget rasanya. Tetapi, tetap hati-hati barangkali ada ular. Hehehe

Cocok banget untuk foto konsep



Jadi bagaimana, minat enggak dengan pantai satu ini? Di balik semua kekurangannya, ternyata Baruna menyimpan pesona yang sangat berbeda dengan pantai lainnya. Ketenangan yang dirasakan tidak akan bisa didapat jika dibandingkan dengan pantai mainstream lainnya. Saya pribadi enggak akan sungkan untuk datang kembali ke Pantai Baruna karena pantai ini memang "berbeda". Cobain, deh. Mungkin kalian akan ngerti apa yang saya maksud. 


Selamat berkelana, semoga kita berpapasan!


Salam hangat,

Angga Tannaya

0 Response to "Pantai Baruna: Pantai dengan Padang Ilalang nan Luas"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel