Pengalaman Menginap Murah Meriah di Tani Jiwo Hostel Dieng


Pernah enggak sih kalian merasa benar-benar kangen traveling di masa sekarang ini? Entah itu saat menyusuri keindahan satu tempat, atau hanya sekadar staycation saja. Jujur, saya kuangen banget. Lama-lama kesal dan bosan juga terus-terusan berpikir "ya sudah, mau gimana lagi orang kondisi enggak memungkinkan". Karena virus ini enggak kelar-kelar saya jadi lebih rajin menata ulang kamar saya supaya rapi, dan enak dipandang, jadi saya bisa lebih rajin juga buat nulis blog sekaligus bikin konten video di kamar sendiri. Hehehe

Tetapi kalau dipikir kembali, ternyata bukan hanya kondisi kamar jadi lebih bagus saja yang saya ingin, melainkan rasa nyaman ketika tidur nyenyak di daerah orang. Setelah beberapa lama saya riset, akhirnya saya memutuskan traveling ke Dieng lagi untuk ke enam atau tujuh kali, saya lupa, Haha. Ya, memang saya termasuk sering pergi ke tempat dingin yang satu ini. Saya selalu suka dengan alamnya yang ciamik banget. Tapiii, kali ini saya enggak mau seperti biasanya. Kalau dulu saya sering tek-tok alias pagi berangkat, sore pulang rumah lagi, saya pengen paling tidak nginep sehari supaya lebih puas. Bukan dengan tenda seperti biasa yang saya lakukan ketika mendaki Gunung Prau maupun Sikunir, melainkan tidur nyaman di kasur.

Sampai suatu ketika seorang "rekan" mengenalkan saya pada tempat menginap bernama Tani Jiwo Hostel, saya lihat tempatnya di foto ternyata bisa menarik perhatian saya pada pandangan pertama, hehehe. Yang saya tahu, penginapan di Dieng itu kurang variatif ketika dulu, rata-rata hanya homestay saja. Buat saya yang enggak terlalu suka pergi terlalu ramai, tentu menginap di homestay akan sedikit memberatkan keuangan saya. Pilihannya ya pakai tenda supaya ngirit. Tetapi, saat saya tahu Tani Jiwo, saya enggak perlu risau lagi karena tempat ini punya kamar jenis dormitory alias sharing dengan pengunjung lain. Dan tentunya biaya sewa per malamnya jauh lebih murah daripada homestay untuk ukuran per individu.



Lokasi hostel ini sangat strategis, gampang banget dicari dan dekat dengan banyak tempat wisata di Dieng. Patokannya adalah plang atau dinding bertuliskan "Welcome to Dieng" yang sering dijadikan tempat berfoto itu, tahu enggak? Belok kanan di pertigaan plang tersebut kemudian ikuti jalan utamanya, jangan belok-belok kalau nemu gang-gang kecil. Nah, Tani Jiwo ini berada di sebelah kanan, di depan gang masuk menuju Candi Arjuna persis. Bangunannya cukup eye-catching karena lebih tinggi daripada bangunan di sebelahnya.

Parkiran enggak terlalu luas, namun cukup untuk menampung pengunjung pada hari itu. Terlihat beberapa mobil dan motor yang terparkir dan termasuk lumayan penuh. Dugaan saya kalau sedang high atau peak season bakalan banyak motor yang kepanasan karena tempat teduhnya hanya sedikit, dan "kalah" dengan pengguna mobil.


Hostel Services

Karena sebelumnya saya sudah membayar DP melalui admin Tani Jiwo, hari itu saya tinggal membayar pelunasan saja. Ngomong-ngomong, Tani Jiwo juga bisa dipesan melalui aplikasi pihak ketika seperti Traveloka dan semacamnya. Tetapi, ada hal kuat yang akhirnya mendorong saya untuk memilih membayar langsung melalui admin hostel yaitu harganya yang lebih murah. Harga per bed untuk kamar dormitory saat weekdays adalah IDR 120.000,-, ketika saya lihat di Traveloka dan beberapa aplikasi lainnya ternyata harga yang tertera adalah IDR 145.000,-. Hmm cukup berbeda jauh, ya? Saya juga bingung kenapa kok selisihnya lumayan banyak. Untuk weekend sendiri pada normal season harganya IDR 150.000,-. Tetapi, keputusannya kembali kepada Anda mau menggunakan cara pembayaran yang mana.

Harga bed untuk normal season saat weekdays akan berbeda dengan high maupun peak season, tentunya akan lebih mahal. Tenang, enggak cuma dormitory saja kok, ada standard room dan family room untuk kalian yang enggak senang buat sekamar dengan orang lain. Tetapi, sudah pasti harganya tidak semurah yang tipe dormitory. Karena saya kali ini menginap di dorm, maka saya akan lebih banyak mengulas kamar tipe ini. Terdapat beberapa kamar dengan kapasitas yang berbeda pada tipe dorm: 12, 10, 8, 6 dan 4. Tentu semakin sedikit kapasitas, semakin kecil pula ruangannya. Saya sendiri memesan yang kapasitas 4 orang dengan nama Kamar Jamur. Yes, memang nama-nama unik kamar di Tani Jiwo ini disesuaikan dengan temanya yang "petani" banget. 

Saya sarankan kalian lihat katalognya sendiri di akun Instagram Tani Jiwo supaya lebih jelas karena semua tipe kamar dan bed-nya lengkap tertera di sana.




Kebetulan saya datang agak awal hari itu, jadi belum waktunya untuk check-in. Tani Jiwo mengizinkan para calon pengunjung yang menginap untuk menitipkan barangnya dahulu di sana, jadi bisa ditinggal jalan-jalan dulu. Tetapi, karena saya sendiri lelah setelah motoran dari Kota Semarang sampai Dieng, saya numpang istirahat saja di sana. Beruntungnya, beberapa saat sebelum waktu check-in, saya diizinkan untuk masuk terlebih dahulu karena kebetulan kamar yang akan saya pakai sudah beres sejak sebelum saya datang. Wah, lumayan bisa rebahan dulu, ngilangin pegal-pegal. Hehehe

Walaupun ini adalah hostel, untungnya pengurus tetap menyediakan bed cover untuk para pengunjung. Coba bayangkan ketika suhu udara malam hari sampai 11 derajat, dan kalian tidur hanya pakai selimut tipis saja, niat hati pengen bobo cantik eh malah jadi enggak bobo sampai pagi. Haha. Enggak perlu khawatir dengan barang, karena masing-masing pengunjung sudah diberi loker untuk tempat menyimpan barang dan aman untuk ditinggal-tinggal. Ada kamera CCTV juga, kok.

Yang paling saya suka dari hostel ini adalah kebersihannya yang benar-benar dijaga, bersih banget. Termasuk kamar mandi share yang saya gunakan. Bersih, cukup wangi, toiletnya duduk, dan air panasnya berfungsi dengan jos lagi. Mantap

My name written on the blackboard

Kamar mandi

Selain itu, fasilitas yang ditawarkan oleh Tani Jiwo juga cukup banyak. Ada ruang untuk membaca, untuk santai, kemudian dapur bersama yang bisa kalian gunakan untuk memasak, dan pastinya free bikin kopi dan teh. Lumayan banget kan, buat yang enggak mau pusying-pusying cari makan, tinggal beli saja mie instan dan tinggal dimasak di sana. Adem-adem makan mie panas tuh enaknya enggak ada lawan. Hahaha. Tetapi, catatannya adalah kalian harus mencuci sendiri piring atau gelas yang telah dipakai, enggak boleh manja pokoknya. Untuk saya pribadi hal tersebut bukanlah sebuah masalah sih, karena sudah biasa juga. Lagipula self-service saya rasa cukup umum diberlakukan pada sebuah hostel. 

Dari sejumlah uang yang dibayarkan, ternyata kita juga sudah dapat 1 kali sarapan, lho. Kalian bisa memilih sarapan dengan nasi goreng atau roti panggang anget. Kalau saya mah yaaa sudah jelas pilih nasi goreng ya, kalau hanya roti paling 1-2 jam setelahnya sudah lapar lagi. Hahaha, maklum orang Indonesia kalau enggak nasi berarti enggak disebut makan. Tetapiii, ya nasi goreng itu menurut saya rasanya biasa saja, enggak istimewa sama sekali. Untung saya mah apa-apa doyan yaaa. Sarapan bisa diambil di kafe Temu Jumpa (lantai 3 dari Tani Jiwo) dengan menunjukkan voucher yang sudah kita dapat dari resepsionis.

Buat yang senang bikin konten atau sekadar foto-foto, Tani Jiwo ini cakep banget dijadikan latar. Desainnya itu cenderung minimalis dan ketika tanpa dibidik pakai kamera pun sudah cakep parah ini bangunan. Banyak tanaman di dalam, buku-buku National Geographic berjejer di raknya.





Menu sarapan

Oke, kita sudah ngomongin yang baik-baik dari tadi. Sekarang saya akan omongin hal yang menurut saya jadi sebuah minus. Pertama-tama adalah sinyal Wi-Fi yang tidak bisa terjangkau sampai kamar yang saya tempati, saya harus nongkrong di ruang baca atau di tempat santai supaya bisa nyaut, itu juga cenderung lemot. Padahal sinyal yang kuat itu jadi salah satu pendukung supaya pengunjung itu bisa semakin betah berlama-lama, lho. Kemudian kebersihan kamar mandi wanita (menurut rekan saya) sedikit jorok, kalau yang satu ini sepertinya karena para pengunjung lain yang kurang menjaga kebersihan, padahal mah buat bareng-bareng ya. Kalau di rumah ndiri mah buodo amat. Tetapi, untungnya toilet pria aman terkendali.

Ketiga, beberapa detil furnitur yang enggak utuh lagi, seperti gagang loker kemudian cover lampu baca dan beberapa stop kontak yang enggak bisa menancap dengan sempurna. Hal ini minor sih menurut saya pribadi, tetapi bisa jadi hal berarti untuk orang lain. Kemudian yang terakhir, desain pintunya yang seperti enggak well-finished, gimana yak ngganjel saja gitu kalau dilihat. Walaupun menurut saya hal ini bukan hal yang berarti, yang penting mah bisa nutup sempurna gitu.

Pintu kamar. Memang pengennya didesain kaya gini kali, ya?

Jadi, bagaimana? Tertarik enggak buat mencoba nginep semalam atau beberapa malam di sini? Saya pribadi sih sudah pasti bakal berkunjung lagi suatu saat kalau ada kesempatan mengunjungi Dieng lagi. Hal-hal minus di atas tadi bukanlah hal yang sangat berarti buat saya, yang penting tidur nyaman, kamar bersih. Kalau bangun subuh enggak perlu risau badan pada pegal karena biasa kalau tidur di tenda posisi selalu enggak nyaman dan pegal-pegal pasti menyerang ketika bangun. Hehehe

Eh iya, kan ini saya pesan kamar kapasitas 4, ya. Nah, betapa beruntungnya saya ternyata tidak ada orang lain yang tidak saya kenal tidur di kamar yang sama. Hahaha, berasa private room pokoknya. Mantap, Tani Jiwo!



Selamat berkelana, semoga kita berpapasan!


Salam hangat,

Angga Tannaya







0 Response to "Pengalaman Menginap Murah Meriah di Tani Jiwo Hostel Dieng"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel