Kamera Mirrorless Fujifilm X-T1 untuk Traveling di Tahun 2020



Kalau ditanya barang apa sih yang nggak bisa ditinggal ketika traveling ke sebuah tempat, saya pasti akan jawab kamera! Nggak hanya traveling, ketika ingin jalan santai di kota atau sedang nongkrong di coffeeshop, saya selalu bawa kamera. Entah mengapa saya merasa kamera menjadi salah satu barang favorit selain alat-alat musik saya. Eh, tapi kan kalau alat musik susah juga ya mau dibawa kemana-mana. Nggak mungkin juga mau dimainin ketika lagi di tengah jalan naik kereta atau di atas gunung. Hehehe

Cukup banyak kawan-kawan saya yang sering bertanya tentang kamera apa yang saya gunakan saat traveling. Maka dari itu saya jadi kepikiran untuk menulis artikel ini, itung-itung berbagi pengalaman pribadi. Sebenarnya semua jenis kamera bisa kok dipakai untuk traveling, nah masalahnya adalah perihal selera masing-masing. Saya pribadi lebih senang dengan kamera yang relatif kecil dan simpel. Kebayang kan waktu traveling, sudah tas berat bener ditambah harus nyiapin slot khusus untuk kamera yang ukurannya besar. Kalau isi di tas sedikit sih tidak ada masalah, kalau penuh baru kerasa tuh. Buat naik gunung lagi. Haduuuu

Perlu saya tekankan di awal. Saya bukanlah seorang expert dalam fotografi, saya hanya senang untuk untuk mengabadikan momen menggunakan kamera dan kebetulan cukup peduli dengan kualitas gambar yang dihasilkan. Hehehe

 
with Fujifilm X-T1
Sebelum pakai Fujifilm, saya adalah pengguna Nikon D3100. Tapi, terus terang saja saya kurang puas dengan hasilnya. Mungkin karena Nikon saya adalah kamera entry level, jadi memang tujuannya untuk yang sedang ingin memulai motret. Seiring berjalannya waktu, skill dan pengalaman harus terus diasah dan kebutuhan kita dengan alat pun dirasa semakin meningkat. Saya bingung nih, mau upgrade ke kamera semi pro Nikon­­−dengan pertimbangan lensa-lensa saya yang hanya cocok untuk Nikon tapi ukuran jadi semakin gede dan beraaatatau ganti brand kamera tapi berarti harus investasi ke lensa lain juga.

Sebelum memutuskan, saya harus riset terlebih dahulu. Kebetulan sekali ketika berada di Nusa Tenggara Timur, kawan-kawan saya membawa sejumlah kamera dengan brand berbeda. Nikon milik saya, Canon dan Sony. Saya melirik ke Sony A6000 kalau pilihannya hanya itu saja. Tapiii setelah saya pinjam dan gunakan untuk motret terus terang saja tidak cocok dengan selera saya. Entah mengapa warnanya menurut saya terlalu kekuningan dan hal ini diperkuat dengan blind test yang saya lihat di Youtube, padahal auto focus kamera ini cepetnya khan maeen. LOL

Saya pun teringat pada Fujifilm X-M1 milik kawan ketika mendaki Gunung Andong beberapa waktu lalu. Dan saya nggak bisa bohong kalau selera saya memang lebih cocok ke Fujifilm dibanding Sony. Eh iya, kita bicara kamera dengan sensor APS-C yaa supaya bisa apple to apple. Setelah mantap dengan Fuji, saya pun mencari tahu tipe apa yang cocok dengan kebutuhan dan pastinya budget hehehe. Akhirnya jatuhlah pilihan saya pada *drum roll* Fujifilm X-T1 yeay.


Sebenarnya saya hampir memilih Fujifilm X-T10, tetapi saya rasa bodinya kalah kokoh dan gripnya terlalu kecil, nggak enak untuk tangan saya. Yaaa walaupun lebih murah sih, tapi tidak apa-apa. Oh ya, kedua kamera tersebut sudah tidak keluar versi baru jadi yang beredar di pasaran itu adalah secondhand.

Kesan pertama saya pada Fujifilm X-T1 adalah bodinya kokoh, feel­-nya metal karena berbahan magnesium alloy dan Electronic View Finder (EVF) yang lebar banget. Saya lebih senang dengan kamera yang memiliki EVF, jadi tipe X-A atau X-M dari Fujifilm nggak terlalu cocok dengan saya. Untuk zaman sekarang sepertinya sensor dengan ukuran 16MP sudah cukup ketinggalan, tapi hal tersebut bukanlah masalah besar bagi saya untuk sekarang ini, Mengingat kebutuhan saya hanya untuk foto di media sosial, bukan untuk mencetak baliho yang guedee banget. Masih aman laahh.


Dial-dial di atas bodi sangat membantu saya untuk mengubah pengaturan dengan cepat tanpa perlu masuk terlebih dahulu ke dalam menu. Untuk kalian yang terbiasa mengubah pengaturan full di dalam menu pasti akan membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri, terjadi pula dengan saya tapi lama-lama terbiasa kok. Satu hal yang membuat kaget saat transisi dari DSLR ke mirrorless adalah baterainya yang buoross. Relatif sih, bergantung penggunaan. Tapi, bagi saya yang seneng motret seharian ketika mendaki dan traveling tanpa khawatir baterai cepat habis dengan DSLR jadi terasa sekali ketika menggunakan mirrorless.

Fujifilm memiliki sensornya sendiri yang disebut X-Trans, hasilnya pun lebih tajam dari sensor kamera yang setingkat pada umumnya. Film simulation−nah ini nih yang jadi favorit saya bangeeet−Fuji memiliki berbagai tipe film simulation, kalau di kamera lain biasa dibilang picture profile, picture style dll. Diantara beberapa film simulation tersebut, Classic Chrome menjadi favorit saya. Warnanya cenderung desatured dan cocok banget buat street dan travel photography. Fitur tersebut yang membuat hasil warna dari foto kita menjadi khas banget, Fuji banget pokoknya. Rasanya seperti menggunakan kamera film jadul. Secara istilah kasar, kalau kita lagi malas edit, bisa langsung upload saja ke media sosial. Warnanya ciamik bener.

Satu lagi yang paling terasa berbeda dari kamera saya sebelumnya adalah fitur Wi-Fi, ini menolong banget nget pokoknya. Ketika traveling dan jika kebetulan tidak bawa laptop bisa langsung saja transfer ke smartphone, lagipula zaman sekarang editing bisa dengan mudah dilakukan di smartphone, kan?

Terakhir, alasan saya membeli kamera ini dan menurut saya sangat cocok untuk traveling adalah Fujifilm X-T1 memiliki fitur weather resistant, itu berarti kita nggak perlu khawatir dengan cuaca ekstrim. Kalau saya lihat di berbagai review, kamera ini mampu diajak “tempur” sampai suhu -10, goks, kan? Asaall, dipasangkan dengan lensa milik Fuji yang weather resist juga. Menarik, kan?

source fujifilm.com
Berikut adalah hasil gambar yang saya potret menggunakan Fujifilm X-T1 dan lensa Meike 35mm F/1.7 tanpa melakukan proses editing sebelumnya (film simulation only).

















Dari segi video kamera ini hanya mampu merekam hingga resolusi 1080p dalam 60fps. Untuk sebagian orang mungkin hal ini cukup mengganggu, tetapi saya pribadi tidak terlalu. Saya sadar karena laptop saya masih belum mampu meng-edit footage 4K dengan smooth, yaa jadi bukan masalah untuk saya sekarang ini. Lebih baik saya fokus pada pengambilan gambarnya saja. Hehehe
Berikut contoh video yang saya rekam menggunakan Fujifilm X-T1 secara handheld.


“Mas, kenapa nggak alih perhatian ke fullframe Sony aja?” terus terang saya kepikiran untuk beralih ke fullframe. Tapi, lagi-lagi budget saya nggak bisa berbicara banyak. Saya masih belum siap untuk menggunakan ekosistem fullframe yang harga lensanya muahal-muahaall. Lagipula, kita tidak bisa memaksakan kehendak jika kemampuan tidak merestui. (Sok iye lu hahaha)

Jadi, layak nggak sih Fujifilm X-T1 ini digunakan untuk traveling di tahun 2020? Jawaban saya: masih layak banget! Apalagi sekarang harganya sudah cenderung murah dan kita dapat fitur yang memuaskan. Sisanya tinggal memaksimalkan pemilihan lensanya. Ya walaupun teknologinya sudah cukup tertinggal. Hal ini tentunya bergantung pada selera dan kebutuhan masing-masing. Saya yakin, setiap kamera itu memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Dan Fujifilm X-T1 menjawab hampir semua kebutuhan saya untuk sekarang ini. 

Karena kamera terbaik adalah kamera yang mampu kita beli dan kita miliki. Dan tentunya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Selamat berkelana, semoga kita berpapasan!



Salam hangat,
Angga Tannaya

2 Responses to "Kamera Mirrorless Fujifilm X-T1 untuk Traveling di Tahun 2020"

  1. Aku biasanya pake Canon dan serkarang lagi cobain Fuji. Tapi karena lagi di rumah aja, jadi belom bisa explore buat foto-foto traveling deh :")

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pakai Fuji candu banget, Mbak! Harus eksplor fiturnya supaya hasil jadi lebih menarik. Pertama pakai Fuji saya senang sama warnanya yang khas.
      Saya juga hanya bisa motret area rumah saja. Yang penting membiasakan diri sama kamera supaya besok saat traveling enggak perlu pusing mikir setting. Hahaha

      Delete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel