Eksotisme Terasering Kajoran di Pagi Hari



Beberapa waktu belakangan ini saya jadi lebih sering untuk mengeksplorasi tempat-tempat unik di kota kelahiran saya: Magelang. Beruntungnya, Magelang dikelilingi 5 buah gunung yang berarti hal tersebut menjadi sebuah keistimewaan untuk orang seperti saya yang senang sekali dengan lanskap dataran tinggi. Mungkin hal ini juga yang membuat saya selalu memilih gunung daripada pantai sebagai pelarian utama ketika stres dengan urusan di kota. Eh, kecuali pantai di Taman Nasional Komodo atau pantai di area Banda-Neira ya, kalau itu pasti bakal saya pertimbangkan. Huehehehe

Saya pun bersyukur sudah tuntas untuk bisa menyelesaikan misi pribadi saya untuk bisa mendaki semua gunung yang mengelilingi Magelang, ya walaupun sudah lama, sih. Akhir-akhir ini malah sudah jarang sekali naik gunung. Untuk mengurangi rasa kangen saya dengan udara dingin khas pegunungan, saya jadi sesekali ingin meluangkan waktu untuk sekadar menikmati gunung dari kejauhan. Sampai satu waktu kawan saya Fajar mengajak saya jalan-jalan pagi sekaligus riding, sepertinya asik juga, itung-itung sekalian berburu sunrise.

Saya selalu berpikir ingin mengunjungi kembali Terasering Kajoran, karena dulu sewaktu saya ke sana enggak pernah dapat view Gunung Sumbing dengan sempurna karena mendung. Rasanya selalu pengen balik lagi sampai nemu momen yang pas. Karena kebetulan Fajar mengajak, ya jadinya saya pun tercetus ide untuk kembali ke sana dengan harapan yang cukup tinggi. Semoga enggak kecewa kali ini. Amin!

Alarm di HP saya berbunyi sebelum subuh, sembari mengumpulkan nyawa. Setelah salat, saya pun janjian dengan Fajar. Baterai kamera sudah penuh, motor sudah kelar dipanasi, saya pun mulai berangkat dari rumah dengan meeting point depan Kodim Magelang. Cuaca pagi itu cukup bersahabat, tidak terlalu dingin dan terlihat temaram Gunung Sumbing dari kejauhan. “Semoga kali ini beruntung!” pikir saya. “Treng teng teng teng teng”, suara Vespa milik Fajar terdengar dari kejauhan. Asik beneerr ya riding pagi pakai Vespa seperti ini, saya kadang jadi ingin punya motor dengan desain klasik seperti ini. Pasti bakal asik kalau dipakai riding pagi sambil muter-muter kota.

Lokasi terasering ini bisa dibilang lumayan jauh dari pusat Kota Magelang. Kalau jalan sedang ramai dan macet, bisa-bisa waktu tempuhnya sampai 1 jam. Tapi, mengingat kali ini masih pagi sekali, saya yakin bakal sampai dengan lebih cepat. Apalagi saya sudah pernah ke sana waktu dulu, jadi enggak perlu bingung cari jalan yang selalu bikin molor sampainya. Kecamatan Kajoran ini berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, jadi ya tidak perlu heran kalau kami berangkat setelah salat subuh karena memang jaraknya cukup jauh.

How to get there


Kecamatan Kajoran ini daerahnya cukup luas. Dulu sewaktu riset mengenai lokasi terasering ini, saya selalu membayangkan kalau tempat ini berada di daerah Kajoran atas. Yang berarti saya harus menuju lereng Gunung Sumbing melewati Jalan Raya Kaliangkrik. Ternyata tidak, malah terasering ini ada di Kajoran bagian bawah dengan melewati Jalan Raya Magelang-Purworejo. Sebenarnya bisa saja sih lewat Kaliangkrik, tapi ya otomatis akan jauh lebih lama lagi sampai lokasinya karena harus naik gunung dulu dan turun lagi.

Pagi itu saya memang tidak terlalu ngebut, hanya jalan santai saja. Yang jelas sih jangan lebih dari pukul 6 untuk sampai di tempatnya, agar tidak tertinggal momen golden hour. Kalau kalian bukan asli orang Magelang, cukup ikuti saja jalan Magelang-Purworejo. Patokannya adalah kalau sudah ketemu dengan SMA Taruna Nusantara berarti jalan kalian sudah benar. Tinggal gaspol saja ikuti jalan utama, jangan belok-belok pokoknya. Entah mengapa, saya selalu merasa kalau waktu berangkat itu terasa lebih lama jika dibandingkan dengan waktu pulang. Kalian sering merasa seperti itu juga enggak, sih? Haha

Sampai pertigaan Salaman, kalian ambil arah ke kanan sampai bertemu dengan Pasar Krasak. Nah, kalau sudah ketemu pasar tersebut kita akan masuk perkampungan dan mulai dari sini jalan akan sedikit membingungkan. Pokoknya masuk gang kecil di tengah pasar itu, kalian akan bertemu persimpangan, ambil yang kiri. Terus saja jangan belok-belok, sekitar 1 kilometer akan bertemu lagi sebuah persimpangan. Ambil jalan menurun di sebelah kiri, jangan ambil jalan menanjak yang lurus. Setelah turunan terdapat jembatan kecil dan kemudian jalan mulai menanjak lumayan tajam. Pokoknya jangan ngebut ya walaupun menanjak karena area tersebut merupakan perkampungan yang cukup banyak warga sedang memulai aktivitasnya di pagi hari. Jangan sungkan menyapa kalau ketemu warga ya!

Nah, setelah itu kalian akan bertemu jalan menyabang yang terakhir. Ambil jalan ke kiri, ciri khasnya adalah belokan pada tikungan ini cukup tajam. Kemudian lurus saja ikuti jalan, dan lokasi terasering ini adalah di sebelah kanan. Tinggal eksplor deh angle terbaiknya. Kalau masih bingung, coba kalian pejalari daerah ini menggunakan maps dengan mode satelit, coba saja cari daerah dengan kontur tanah yang berbentur layer terasering, cukup terlihat kok. Metode ini juga yang saya gunakan ketika awal dulu berkunjung, benar-benar enggak tahu arah. Ditambah lagi masuk perkampungan yang cukup asing untuk saya. Ya maklum sih, karena terasering ini bukanlah tempat wisata melainkan memang benar-benar wilayah pertanian warga sekitar yang kebetulan pemandangannya edan!

Oh ya, kalau masih bingung lagi coba saja gunakan metode tanya google assistant tanya warga lokal sana−“Pak/Bu, badhe tanglet, Desa Ngendrosari sebelah pundi, nggih?” atau “Desa Ngendrosari sebelah mana, ya?” dah pasti kejawab deh. Ikuti saja arahan mereka, interaksi langsung dengan warga lokal itu asyik banget! Mereka sangat ramah pokoknya.

Nah, tinggal nikmatin suasana paginya, deh!

Fajar

Saya beruntung sekali pagi ini cerah, matahari bersinar terang sekali. Gunung Sumbing terlihat diselimuti kabut tipis, tapi masih terlihat dengan jelas. Sayang, sekarang akses untuk menuju tengah sawah sudah diblok menggunakan kayu yang ditancapkan ke tanahnya. Jadi kita hanya bisa berfoto dari jalan saja. Hal ini kemungkinan karena banyaknya pengunjung yang berfoto ke tengah sawah sehingga tanaman padi milik warga akhirnya terinjak dan rusak mengingat jalan tanahnya tipis sekali. Tapi ini bukan masalah, lebih baik kita menikmatinya dengan angle yang lain daripada malah menyusahkan para petani, ye kan?

Fajar with his Vespa

Me, as power ranger. LOL

This is unreal!

Sebenarnya Magelang masih memiliki begitu banyak pesona alam nan luar biasa yang belum saya sambangi. Dan Terasering Kajoran adalah salah satu tempat yang selalu saya favoritkan jika sedang ingin ngelayap di padi hari. Selain indah, tempat ini gratis untuk dikunjungi. Hahaha

Selamat berkelana, semoga kita berpapasan!


Salam hangat,
Angga Tannaya

0 Response to "Eksotisme Terasering Kajoran di Pagi Hari"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel