Eiger Tousside Watch Setelah Satu Tahun Pemakaian
Thursday, June 25, 2020
Add Comment
Saya adalah salah satu orang yang paling senang menggunakan
jam tangan ketika sedang berkegiatan di luar ruangan. Entah itu untuk mendaki gunung,
snorkeling di laut, atau bahkan hanya sekadar keluar ke pusat perbelanjaan. Ada
sesuatu yang kurang rasanya jika tangan ini tidak dipeluk sebuah benda bernama
jam dinding tangan. Malah sering kali lupa tidak mencopotnya ketika
tidur karena lelah setelah seharian berkegiatan di luar ruangan. Hehehe
Saya pribadi lebih senang dengan tipe jam yang “tangguh”
untuk digunakan dalam bermacam kegiatan. Tidak peduli hujan; tidak peduli
panas. Jam-jam model kasual pun saya suka, tapi hanya saya pakai ketika berkegiatan sehari-hari saja, bukan kegiatan yang lebih ekstrim. Saya pun sempat mencoba berbagai macam brand jam tangan dengan tipe yang
sama. Ya walaupun bukan jam flagship pada masing-masing brand tersebut, sih.
Tapi yang jelas kalau berdasarkan spesifikasinya, jam tersebut lumayan tangguh.
Ya namanya buatan manusia, pasti ada saja kelemahan yang didapatkan. Apalagi
kalau harganya tidak mahal-mahal amat. Hehe
Ketika mendaki Gunung Rinjani lalu, saya menggunakan jam
dari Consina. Kita tahu bahwa brand ini merupakan salah satu yang digemari
masyarakat Indonesia dengan produk outdoor activity-nya yang bisa dibilang
cukup terjangkau. Saya pun senang dengan jamnya, diajak naik gunung oke,
hujan-hujanan juga oke. Tapi, masalah datang setelah beberapa bulan pemakaian.
Strap-nya yang terbuat dari karet putus dengan sangat mudah. Awalnya hanya
“luka” sedikit, tapi kok lama-lama jadi panjang dan berakhir pada kata “putus”,
duh ngenes amat. Padahal tidak disertai dengan strap cadangan. Setelah itu
brand Casio dan Swiss Army saya gunakan juga, tapi lagi-lagi terdapat masalah.
Casio yang seal-nya tidak rapat sehingga air dapat masuk, sehingga mesin di
dalamnya basah dan berujung mati; Swiss Army juga demikian namun hanya berembun
saja.
Akhirnya setelah riset, saya memutuskan untuk membeli jam
tangan dari Eiger saja. Tapi, karena Eiger memiliki sejumlah tipe jam tangan,
saya pun jadinya bingung sendiri. Setelah semua jam-jam milik Eiger saya lihat
spesifikasinya, saya kepincut dengan Eiger Tousside. Tentu saja karena jam
ini−jika di atas kertas−memiliki spesifikasi yang tangguh, bahkan untuk diving
pun tidak masalah. Ya saya jelas tertarik dong buat beli, karena hampir semua
jam yang saya lihat hanya mampu untuk menahan guyuran air hujan atau cipratan
saja. Eh, saya juga kepincut dengan Eiger Mercury, tapi karena kantong saya
(lagi-lagi) tidak cukup bersahabat ya sudah, deh, haha. Padahal fiturnya
menarik untuk saya yang senang sekali mendaki gunung.
Harga jam ini hanya IDR 450.000,- ya bisa dibilang lumayan
terjangkau lah untuk jam yang bisa dipakai di segala medan. Saya senang sekali
dengan desainnya, karena tidak terlalu “outdoor” seperti saudara-saudaranya,
jadi jika dipakai ketika jalan-jalan di kota pun tetap asyik. Jika kita
berbicara mengenai fitur, terus terang saja jam ini mirip dengan jam-jam lain
yang harganya hampir sama: alarm, chime, day and date, timer, backlight, dan
lain-lain. Berbeda dengan jam milik saya sebelumnya, Eiger Tousside disertai
juga dengan strap dan baterai cadangan. Sebuah nilai plus.
“Kalau aku mah mending smartwatch Xiaomi, harganya kan juga
sama.” kata seseorang. Ya belum tentu valid jawaban itu, bergantung pada
kebutuhan. Kalau untuk saya yang memang butuh jam tangguh untuk nyemplung ke
laut atau panas-panasan ke gunung, smartwatch milik Xiaomi ya tentu tidak masuk
kriteria sama sekali. Gimana mau nyemplung laut, kena hujan pun enggak tau deh
bakal bagaimana nasibnya. Apalagi jika untuk berkelana yang waktunya lumayan
panjang, tanpa nemu banyak colokan, baterai smartwatch sama sekali tidak bisa
dibanggakan tentunya.
Tahun 2019 lalu saya membawa jam Eiger Tousside ini untuk
pergi ke Flores selama 2 bulan. Kebetulan tuh sekalian saya cek beneran tangguh
enggak ini jam. Karena menurut spesifikasi jam ini aman untuk nyemplung, ya
saya pede saja. Dan ternyata memang tidak ada masalah sama sekali, aman sentosa
pokoknya! Untuk panas-panasan juga tidak ada masalah. Padahal Flores ini
panasnya bukan main! Yang ada malah tangan saya yang jadi korban karena saking
panasnya, belang hahahaha. Saya bahkan belum pernah belang sampai separah ini.
Gile kan, "jam tangan" alami. |
Setelah lebih dari 1 setengah tahun pemakaian, jam ini mulai
muncul kelemahannya. Selama saya pakai di Magelang tahun 2020 ini, jam mulai
kedapatan mengembun pada bagian dalamnya jika terkena sinar matahari langsung
ketika siang. Padahal kan Magelang ini juga tidak terlalu dingin udaranya,
ketika dulu di Wae Rebo pun tidak ada masalah sama sekali. Hal ini kemungkinan
karena seal pada jam yang mulai melonggar. Waduh, jangan sampe deh kalau nanti
buat berenang lagi malah tembus. Padahal saya suka sekali dengan jam ini dari
berbagai aspek. Selain itu, tidak ada lagi masalah yang muncul. Body hanya
terbaret karena pemakaian saya yang kadang ngawur, strap aman, dan fungsinya
tidak ada masalah sedikitpun.
Embun pada bagian tengah jam |
Jadi, cocok tidak sih untuk seseorang yang senang bekegiatan
di luar ruangan? Banget! Saya pribadi pun sangat suka dengan jam ini, desainnya
unik ditambah dengan ketangguhannya untuk berbagai kegiatan, harganya terjangkau lagi kan. Asal kalian tidak
berharap pada fitur altimeter maupun thermometer, ya. Lagipula mana ada sih jam
dengan fitur tersebut yang seharga dengan si Tousside ini? Eh, tapi misal kalau
ada bisik-bisik ya. Hahaha
Selamat berkelana, semoga kita berpapasan!
Salam hangat,
Angga Tannaya
0 Response to "Eiger Tousside Watch Setelah Satu Tahun Pemakaian"
Post a Comment