Eiger Tousside Watch Setelah Satu Tahun Pemakaian



Saya adalah salah satu orang yang paling senang menggunakan jam tangan ketika sedang berkegiatan di luar ruangan. Entah itu untuk mendaki gunung, snorkeling di laut, atau bahkan hanya sekadar keluar ke pusat perbelanjaan. Ada sesuatu yang kurang rasanya jika tangan ini tidak dipeluk sebuah benda bernama jam dinding tangan. Malah sering kali lupa tidak mencopotnya ketika tidur karena lelah setelah seharian berkegiatan di luar ruangan. Hehehe

Saya pribadi lebih senang dengan tipe jam yang “tangguh” untuk digunakan dalam bermacam kegiatan. Tidak peduli hujan; tidak peduli panas. Jam-jam model kasual pun saya suka, tapi hanya saya pakai ketika berkegiatan sehari-hari saja, bukan kegiatan yang lebih ekstrim. Saya pun sempat mencoba berbagai macam brand jam tangan dengan tipe yang sama. Ya walaupun bukan jam flagship pada masing-masing brand tersebut, sih. Tapi yang jelas kalau berdasarkan spesifikasinya, jam tersebut lumayan tangguh. Ya namanya buatan manusia, pasti ada saja kelemahan yang didapatkan. Apalagi kalau harganya tidak mahal-mahal amat. Hehe

Ketika mendaki Gunung Rinjani lalu, saya menggunakan jam dari Consina. Kita tahu bahwa brand ini merupakan salah satu yang digemari masyarakat Indonesia dengan produk outdoor activity-nya yang bisa dibilang cukup terjangkau. Saya pun senang dengan jamnya, diajak naik gunung oke, hujan-hujanan juga oke. Tapi, masalah datang setelah beberapa bulan pemakaian. Strap-nya yang terbuat dari karet putus dengan sangat mudah. Awalnya hanya “luka” sedikit, tapi kok lama-lama jadi panjang dan berakhir pada kata “putus”, duh ngenes amat. Padahal tidak disertai dengan strap cadangan. Setelah itu brand Casio dan Swiss Army saya gunakan juga, tapi lagi-lagi terdapat masalah. Casio yang seal-nya tidak rapat sehingga air dapat masuk, sehingga mesin di dalamnya basah dan berujung mati; Swiss Army juga demikian namun hanya berembun saja.

Akhirnya setelah riset, saya memutuskan untuk membeli jam tangan dari Eiger saja. Tapi, karena Eiger memiliki sejumlah tipe jam tangan, saya pun jadinya bingung sendiri. Setelah semua jam-jam milik Eiger saya lihat spesifikasinya, saya kepincut dengan Eiger Tousside. Tentu saja karena jam ini−jika di atas kertas−memiliki spesifikasi yang tangguh, bahkan untuk diving pun tidak masalah. Ya saya jelas tertarik dong buat beli, karena hampir semua jam yang saya lihat hanya mampu untuk menahan guyuran air hujan atau cipratan saja. Eh, saya juga kepincut dengan Eiger Mercury, tapi karena kantong saya (lagi-lagi) tidak cukup bersahabat ya sudah, deh, haha. Padahal fiturnya menarik untuk saya yang senang sekali mendaki gunung.

Harga jam ini hanya IDR 450.000,- ya bisa dibilang lumayan terjangkau lah untuk jam yang bisa dipakai di segala medan. Saya senang sekali dengan desainnya, karena tidak terlalu “outdoor” seperti saudara-saudaranya, jadi jika dipakai ketika jalan-jalan di kota pun tetap asyik. Jika kita berbicara mengenai fitur, terus terang saja jam ini mirip dengan jam-jam lain yang harganya hampir sama: alarm, chime, day and date, timer, backlight, dan lain-lain. Berbeda dengan jam milik saya sebelumnya, Eiger Tousside disertai juga dengan strap dan baterai cadangan. Sebuah nilai plus.





“Kalau aku mah mending smartwatch Xiaomi, harganya kan juga sama.” kata seseorang. Ya belum tentu valid jawaban itu, bergantung pada kebutuhan. Kalau untuk saya yang memang butuh jam tangguh untuk nyemplung ke laut atau panas-panasan ke gunung, smartwatch milik Xiaomi ya tentu tidak masuk kriteria sama sekali. Gimana mau nyemplung laut, kena hujan pun enggak tau deh bakal bagaimana nasibnya. Apalagi jika untuk berkelana yang waktunya lumayan panjang, tanpa nemu banyak colokan, baterai smartwatch sama sekali tidak bisa dibanggakan tentunya.

Tahun 2019 lalu saya membawa jam Eiger Tousside ini untuk pergi ke Flores selama 2 bulan. Kebetulan tuh sekalian saya cek beneran tangguh enggak ini jam. Karena menurut spesifikasi jam ini aman untuk nyemplung, ya saya pede saja. Dan ternyata memang tidak ada masalah sama sekali, aman sentosa pokoknya! Untuk panas-panasan juga tidak ada masalah. Padahal Flores ini panasnya bukan main! Yang ada malah tangan saya yang jadi korban karena saking panasnya, belang hahahaha. Saya bahkan belum pernah belang sampai separah ini.

Gile kan, "jam tangan" alami.
Setelah lebih dari 1 setengah tahun pemakaian, jam ini mulai muncul kelemahannya. Selama saya pakai di Magelang tahun 2020 ini, jam mulai kedapatan mengembun pada bagian dalamnya jika terkena sinar matahari langsung ketika siang. Padahal kan Magelang ini juga tidak terlalu dingin udaranya, ketika dulu di Wae Rebo pun tidak ada masalah sama sekali. Hal ini kemungkinan karena seal pada jam yang mulai melonggar. Waduh, jangan sampe deh kalau nanti buat berenang lagi malah tembus. Padahal saya suka sekali dengan jam ini dari berbagai aspek. Selain itu, tidak ada lagi masalah yang muncul. Body hanya terbaret karena pemakaian saya yang kadang ngawur, strap aman, dan fungsinya tidak ada masalah sedikitpun.

Embun pada bagian tengah jam
Jadi, cocok tidak sih untuk seseorang yang senang bekegiatan di luar ruangan? Banget! Saya pribadi pun sangat suka dengan jam ini, desainnya unik ditambah dengan ketangguhannya untuk berbagai kegiatan, harganya terjangkau lagi kan. Asal kalian tidak berharap pada fitur altimeter maupun thermometer, ya. Lagipula mana ada sih jam dengan fitur tersebut yang seharga dengan si Tousside ini? Eh, tapi misal kalau ada bisik-bisik ya. Hahaha


Selamat berkelana, semoga kita berpapasan!


Salam hangat,
Angga Tannaya

0 Response to "Eiger Tousside Watch Setelah Satu Tahun Pemakaian"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel