Vihara Buddhagaya Watugong: Bangunan Bergaya Arsitektur Thailand-Tiongkok




Thailand, jika pertama kali mendengar kata tersebut apa yang kalian bayangkan? Film Thailand, bahasa atau apa? Saya pribadi yang pertama terbayang adalah bangunannya yang ikonik banget. Detail dan bentuknya sangat unik sekali. Tapi tampaknya harus butuh uang yang tak sedikit untuk langsung bisa menikmatinya dengan mata kita sendiri.

Nah, ngomong-ngomong Kota Semarang pun memiliki satu tempat unik yang gaya arsitekturnya Thailand banget! Namanya Pagoda Avalokiteswara. Pagoda tersebut masuk dalam komplek Vihara Buddhagaya Watugong. Untuk kalian yang belum tau apa itu Vihara; secara garis besar, Vihara merupakan rumah ibadah untuk umat agama Buddha. Correct me if I’m wrong!

Kali ini saya pergi bersama “My Girlfriend” - cieee - namanya Agatha. Untuk kesekian kalinya saya selalu jalan-jalan secara mendadak, tidak ada rencana sebelumnya. Diawali dengan kegabutan kami di sore hari, tidak ada kegiatan apa-apa, ya akhirnya kami memutuskan untuk muter-muter dan menentukan tujuan kami adalah Vihara Watugong. Sambil sekalian pulangnya beli Ubi Cilembu, oleh-oleh buat kita sendiri, dimakan sendiri. Wkwk. Oh ya, lokasi tempat ini adalah Jl. Perintis kemerdekaan, Pudakpayung. Atau lebih gampangnya sih bisa disebut terusannya Jl. Raya Semarang-Surakarta itu, lho, Jalan gede yang jadi jalan utama menuju Kota Semarang kalau dari arah Selatan. Jika sudah mendekati lokasi, dari kejauhan sudah terlihat bangunan nyentrik yang memiliki ciri khas Thailand, kalian pasti langsung menyadari kalau itulah lokasinya.

Untuk tiket masuknya ternyata gratis tisss teman-teman, kita hanya diharuskan membayar parkir seiklasnya, lho! Karena waktu itu adalah weekdays, pengunjung di sana hanya bisa dihitung jari saja. Wah, asik nih ga ada yang menghalangi foto-foto nanti. 

Ada beberapa bangunan inti di komplek ini kalau saya perhatikan. Bangunan pertama bernama Dhammasala. Nah, kalau saya lihat di banner deskripsi mengenai tempat ini, Dhammasala adalah bangunan inti dari sebuah Vihara. Biasanya digunakan untuk tempat puja bakti. Yang kedua adalah bangunan bernama Pagoda Avalokitesvara. Bangunan unik berbentuk stupa bercorak oriental ini digunakan sebagai ruang disemayamkannya gambaran wujud Bodhisatva Avalokitesvara. Jadi gambarannya seperti itu teman-teman. 




Sebelum ke bangunan tujuan utama saya yaitu Pagoda, saya dan Agatha menyempatkan untuk mengunjungi Dhammasala terlebih dahulu, karena memang lebih dekat dengan gerbang utama. Arsitektur tempat ini sangat unik, terbuat dari kayu-kayu nan kokoh. Oh ya, karena tempat ini merupakan tempat suci, pastikan kalau baju kalian itu sopan ya. Tidak ada aturan tertulis, sih, hanya saja menurut kita harus menghargai setiap tempat suci yang kita kunjungi. Okay?

Pertama kali melangkah masuk, saya merasa adem banget ini tempat, damai dah pokoknya. Betah saya lama-lama disini sepertinya. Di dalam bangunan terdapat patung Buddha berwarna emas tampak sedang duduk. Ternyata gede tempatnya kalau kita masuk.

Dhammasala

Usai mengelilingi bangunan pertama, kami lantas menuju Pagoda. Nah, tempat ini nih yang tampak dari jalan raya tadi, ternyata lebih keren kalau dilihat dari dekat. Dari tangga, sudah mulai tercium aroma khas wewangian yang dihasilkan dupa. Ngomong-ngomong, setiap masuk tempat suci tersebut lepas alas kaki, ya. Detail tempat ini keren banget. Corak oriental tempat ini terasa sangat kental, terdapat patung Buddha pula. Sambil menunggu Blue Hour alias waktu yang bagus buat foto-foto, kami istirahat. Di tempat ini terasa lebih adeeemm ternyata, angin mengalun di sela-sela dedaunan yang tampak asik sekali menari mengikuti irama angin. Benar-benar betah saya di sini.

Lampion-lampion mulai menyala, pertanda hari mulai gelap. Saya bergegas menyiapkan kamera untuk membidik view Pagoda dari bawah anak tangga. Pagoda yang berhias lampu-lampu penerang tampak lebih menawan. Keren banget!



Kita hidup di negara yang penuh dengan keanekaragaman. Perbedaan itu sangat tidak bisa dihindari, namun ternyata perbedaan itu justru bukan untuk disamakan; kadang malah untuk dibiarkan berbeda dan berjalan beriringan. Karena esensi dari sebuah perjalanan adalah bisa menghargai perbedaan.

Salam Hangat,
Angga Tannaya

0 Response to "Vihara Buddhagaya Watugong: Bangunan Bergaya Arsitektur Thailand-Tiongkok"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel