Curug Gleyor Tersembunyi Di Kaki Gunung Sumbing




Suatu hari, di saat kuliah saya sedang libur, ada hasrat untuk berkeliling kota kelahiran saya yaitu Magelang. Sebenarnya banyak sekali potensi alam yang ada di kota ini jika kita mau mengeksplorasi. Nah suatu saat saya tidak sengaja mendengar adanya curug bernama Gleyor. Namun, informasi mengenai Curug Gleyor belum terlalu banyak. Jadi, mau tidak mau saya harus mencari informasi sendiri tentang curug ini langsung dari orang sekitar.

                Ngomong-ngomong saya mengajak dua orang teman yang kebetulan sedang libur kuliah juga bernama Yogi dan Ivan. Karena rencana ini mendadak, kami langsung berangkat tanpa mempersiapkan yang ribet. Namun kami tetap membawa air mineral dan jas hujan mengingat waktu itu hujan senang sekali turun tanpa memberi aba-aba. 

                Untuk menuju Curug Gleyor ini dibutuhkan waktu sekitar 45 menit dari kota. Seharusnya kurang dari itu, sih, karena kami sempat nyasar beberapa kali jadi mau tidak mau waktunya pasti molor. Nah, jika kalian berangkat dari pusat kota, kalian hanya perlu melewati Jalan Raya Bandongan. Jalannya gampang kok, tidak banyak percabangan, dan jalannya beraspal walaupun tidak semua bagian mulus. Jika kalian bertemu dengan Pasar Bandongan, pilihlah jalan yang lurus menuju Kaliangkrik. Tinggal ikuti saja jalannya sampai bertemu pertigaan, ke kiri menuju kaliangkrik, jika lurus menuju arah Mangli atau basecamp Gunung Sumbing. Kalian pilih yang lurus. Ikuti saja jalan yang besar hingga bertemu pertigaan lagi, kalian pilih yang jalannya cenderung ke arah kanan. Nah, dari situ sudah tidak jauh lagi kok. Ikuti saja jalan besarnya, jika kalian sudah bingung jangan sungkan untuk bertanya dengan warga, yaaa. Supaya jika nyasar, tidak terlalu jauh nyasarnya. Atau jika kalian bingung, googling di maps saja. Sudah ada kok.

                Jalan berganti menjadi batu dan semen, pertanda kami sudah mulai masuk ke jantung desa dan berarti sudah mendekati area curug. Lokasinya ini cukup membingungkan, karena memang belum ada petunjuk jalan, dan tempat parkir saja belum ada. Jadi, waktu itu saya memparkirkan motor saya di dekat rumah warga. Pastikan izin terlebih dahulu.

                Mulai dari parkiran, kami diharuskan untuk trekking. Karena jalanan sudah berganti menjadi tanah turun cukup curam khas jalan menuju curug. Jalannya cukup jelas, berupa jalan setapak. Ngomong-ngomong untuk menuju bibir curug dibutuhkan waktu sekitar 15 menit. Baru setengah jalan, hujan turun. Kami yang sudah membawa jas hujan di tas lantas segera memakainya. Kami tetap meneruskan perjalanan setelah berunding, dengan catatan, jika jalan sudah tidak memungkinkan maka kami harus kembali. Sampai di jalan yang kanan kirinya sawah, ada seorang warga dan akhirnya kami menanyakan jalur yang sebenarnya. Ternyata kami kebablasan. Untung saja belum jauh. Jadi, jalan yang benar adalah jalan melipir sawah yang tidak terlihat karena ditumbuhi rumput. Saya sempat ragu pada awalnya, namun karena kami yakin warga sekitar lebih tahu ya sudah kami teruskan. 

                Suara air terjun sudah terdengar, dan ternyata wujudnya sudah mulai kelihatan. Waahhh, tapi jalannya tertutup pohon, daun, dan rumput yang lumayan tinggi. Kami menggunakan ranting pohon panjang yang sudah tumbang untuk mengecek aman atau tidaknya jalan di depan kami. Saya sangat menyarankan kalian untuk menggunakan trekking pole, mengingat jalan sudah tidak terlihat dan ngeri juga jika kita salah pijakan.

Yogi

                Kami sampai di pinggir curug, dan benar saja, hanya ada kami bertiga. Wah, berasa private falls, nih. Berhubung kami datang setelah hujan, air yang mengalir tampak kecoklatan bercampur lumpur. Tapi, hal itu tidak mengurangi keindahan curug yang jarang sekali dijamah wisatawan ini. Keren banget deh, walaupun tersembunyi. Kami lantas berfoto-foto sembari menikmati suasana.

                Ternyata masih banyak ya tempat yang belum pernah saya kunjungi di kota sendiri. Semoga tempat ini tetap asri sampai kapanpun.

Ivan
Saya

Note: Jangan pernah meninggalkan sampah dimanapun kalian berada. Membawa dengan kondisi utuh saja mampu, masa membawa dalam keadaan kosong tidak mampu? Tetap jaga kebersihan, semakin sering dilakukan, maka akan semakin terbiasa juga untuk tidak membuang sampah sembarangan. Okeeee, Bro, Sist?

Salam lestari!

0 Response to "Curug Gleyor Tersembunyi Di Kaki Gunung Sumbing"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel