Bukit Banda Edisi Berkabut! (Kebumen, Jawa Tengah)



Kebumen adalah salah satu kabupaten yang selalu saya kunjungi tiap tahunnya. Terlebih ketika sedang musim mudik, karena kebetulan mbah saya tinggal di pesisir Kebumen. Saya rasa tak hanya itu alasan mengapa saya selalu mudik setiap tahun, pesona alam Kebumen tak kalah indah dengan tempat yang lain. Hal ini membuat saya selalu penasaran dengan Kebumen. Namun, konsekuensi mengeksplor sebuah tempat ketika libur lebaran adalah ramainya pengunjung di lokasi yang saya ingin kunjungi.

Di libur lebaran tahun 2019, sebenarnya saya tak terlalu ingin bepergian ke sebuah tempat, pasalnya waktu yang menurut bukanlah yang terbaik untuk berkunjung. Selain itu, saya hanya berniat menginap satu malam saja di Kebumen. Namun, ternyata rencana berubah menjadi 2 malam. Saya yang di hari terakhir tidak ada rencana sama sekali memutuskan untuk mengunjungi salah satu tempat di Kebumen. Nama tempatnya adalah Bukit Banda, saya menemukan informasi mengenai tempat ini dari forum backpacker di Facebook. Diperkuat dengan banyak foto ciamik di Instagram berlatarkan lautan awan ketika matahari terbit, yang ternyata tempat itu adalah Bukit Banda. Masalahnya, saya sangat buta arah, apalagi jika harus berburu sunrise. Artinya saya harus berangkat pagi buta, dengan harapan sampai lokasi masih dalam keadaan gelap dan saya mendapatkan momen matahari terbit. Karena kebetulan sepupu saya asli Kebumen dan dia juga senang mengeksplor tempat-tempat keren, saya mengajak dia untuk saya jadikan guide pagi itu. 

Rute Menuju Bukit Banda



Rute untuk menuju Bukit Banda ini ada 2. Yang pertama melalui jalur Karangsambung yang searah dengan Bukit Pentulu Indah. Yang kedua melalui jalur Krakal. Sepupu saya memilih jalur Krakal pada waktu itu, karena jalur satunya ternyata sangat curam untuk dilalui. Kami berjanjian berangkat dari rumah mbah pukul 4 pagi, karena estimasi waktu yang diperlukan adalah sekitar 1 jam perjalanan menggunakan motor. Setelah saya melihat arah jalannya di maps, ternyata jalannya sangat berkelak-kelok. "Jika saya sendirian, saya pasti akan nyasar." pikir saya pagi itu. Di tengah perjalanan, langit tampak mulai terang secara perlahan. Namun, semburat kekuningan di ufuk timur tak kunjung terlihat. Saya jadi pesimis kalau sampai lokasi cuacanya akan bagus sesuai yang saya harapkan. Memang, kondisi sangat sulit diprediksi. 

Kami berdua mampir terlebih dahulu di sebuah masjid untuk shalat subuh. Setelah selesai, kami berangkat lagi. Sekitar 15 menit akhirnya kami berdua sampai di lokasi, langit sudah terang dan bukannya matahari yang terlihat, justru kabut yang menampakkan dirinya. Ditambah lagi ramainya pengunjung pada waktu itu, semangat saya seolah menurun. 

Tiket Masuk

Kabut tebal

Harga tiket masuk per orang adalah IDR 5000, dan parkir IDR 2000. Eh, apa berapa ya parkirnya? Saya lupa haha. Namun kami bisa masuk secara gratissss tis secara legal karena sepupu saya ini mempunyai trik yang saya baru tahu kalau di sana ada system seperti itu. Wah, suka nih saya kalau sama yang gratis. Haha. Dan benar saja, parkiran sangat penuuuhh. Saya membayangkan betapa penuhnya puncak pada pagi itu. 

It's time to hike!



Dari parkiran, kita harus trekking selama sekitar 5-10 menit untuk sampai puncak Bukit Banda. Ngomong-ngomong ketinggian bukit ini hanya 374MDPL. Namun, view yang disuguhkan sangat menarik, kalau cerah. Ya, kalau cerah. Namun, sayang sekali pagi itu sama sekali tidak cerah, bahkan kabut semua! Padahal ekspektasi saya sangat tinggi pada saat itu, mengingat saya hanya 1 tahun sekali pergi ke Kebumen. Tapi, ya sudah mau bagaimana lagi. Oh ya, satu hari sebelum berangkat saya sempat berjanjian dengan seseorang yang saya kenal dari Instagram. Namanya Imam Febi. Satu hari sebelum kami berjanjian, Mas Imam sudah mengunjungi Bukit Banda dan beruntung bisa menyaksikan sunrise! Wow, saya cukup iri. Namun, ya sudah, nikmati saja.

Ternyata tak hanya Gunung Andong yang seperti pasar, Bukit Banda juga. Saking ramainya kami jadi bingung mau foto seperti apa. Tapi, setelah mendapat rekomendasi spot yang menarik dari fotografer asal Kebumen yang tak sengaja ketemu di puncak, bernama Jagat Lelembut, kami bisa memanfaatkan spot tersebut untuk foto, walaupun tak terlalu maksimal. Terima kasih, Mas! Di puncak pun banyak pedagang yang berjualan makan dan minum. Hmmm, agak terlihat kurang asri sih, tapi ya sudah. 

Pukul 08.40 kabut tak kunjung menghilang, kami yang bingung akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Sayang sekali cuaca tidak mendukung. Suatu saat nanti saya akan kembali ke tempat ini, dan semoga semesta mendukung saya esok hari! 

Salam Hangat,
Angga Tannaya

0 Response to "Bukit Banda Edisi Berkabut! (Kebumen, Jawa Tengah)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel