Taman Sari Yogyakarta: Menelusuri Komplek Bangunan Bersejarah



Tak bisa dimungkiri, Jogja adalah sebuah kota yang penuh dengan nilai sejarah dan tempat-tempat menakjubkan untuk dikunjungi. Sebelum mengeksplor wisata di kabupatennya yang terbilang banyak, ada baiknya kalian coba untuk berkeliling kotanya terlebih dahulu. Selain Jalan Malioboro dan Alun-Alun Kidul maupun Lor, Taman Sari ini pantas sekali dimasukkan ke dalam list perjalanan kalian. 

Fungsi Taman Sari dahulu adalah sebagai tempat peristirahatan dan tempat berlindung para keluarga kerajaan. Memang jika dilihat dari arsitekturnya, komplek bangunannya mirip sekali seperti benteng pertahanan. Di komplek ini juga terdapat sebuah bangunan yang konon katanya merupakan sebuah bekas masjid, bernama Sumur Gumuling. Kok sumur? Saya juga kurang mengerti mengapa, namun jika dilihat dari struktur bangunannya, bangunan ini berdekatan dengan sebuah sumur yang sepertinya tidak ada airnya lagi. Di area masuk pertama kali, kita akan bertemu dengan beberapa kolam buatan yang berfungsi untuk tempat mandi Sri Sultan, permaisuri dan putra-putri raja. Saya sebagai orang yang tidak terlalu mengenal komplek ini hanya tahu kalau Taman Sari ini merupakan tempat pemandian keluarga raja saja, ternyata cukup banyak fungsi  di luar itu.

Menuju Lokasi



Selama di Jogja saya muter-muter kota bersama Agatha. Selepas puas menikmati matahari terbit di sebuah lokasi di salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (tunggu ceritanya, yaaa) kami berdua memutuskan untuk berkunjung ke Taman Sari. Komplek Taman Sari buka pukul 09.00 dan tutup pukul 15.00 dan berlokasi dengan Alun-Alun Kidul. Pada awalnya kami berdua ingin berkunjung pada hari pertama di sore hari, namun kami kurang teliti dalam menyerap informasi perihal jam tutupnya. Jadi waktu itu kami ingin berkunjung pukul 16.00, dengan harapan cuaca sudah tidak panas dan cahaya matahari sangat mendukung untuk kegiatan foto. Namun, setelah saya cek ulang di Google, Taman Sari sudah tutup, waduuuuu. Agak menyesal sih, tapi mau bagaimana lagi. Kami pun menyusun kembali list yang sudah direncanakan, dan akhirnya sepakat untuk berkunjung selepas usai menikmati matahari terbit.

Karena tidak ingin kecewa lagi, kami pun datang ke lokasi sesaat sebelum jam buka. Dengan harapan komplek Taman Sari masih sepi pengunjung. Setelah loket dibuka, kami bergegas membeli tiket dengan harga IDR 5.000/orang, dan IDR 3.000 untuk biaya tambahan membawa kamera. "Mas, bawa kamera ya? Tambah 3.000 ya.", ucap seorang petugas loket "Baik, Bu. Oh ya, biaya itu hanya untuk foto saja atau boleh rekam video?" balas saya. Ternyata, ada beberapa tempat yang tidak boleh diabadikan dalam bentuk video. Satu hal yang saya sayangkan, petugas menjelaskan hal tersebut dengan muka yang judes dan perkataan yang menurut saya cukup menyindir dan pedas. Hal ini tentu kurang pantas menurut saya, apalagi image Kota Jogja yang halus dan berhati nyaman. Bukannya membuat hati nyaman; hal itu justru membuat hati terluka. Sungguh sangat disayangkan. Setelah saya survey, ternyata tak hanya saya saja yang beranggapan petugasnya judes, banyak sekali yang sependapat. Semoga ke depannya bisa lebih bijaksana, ya, dalam menjelaskan sesuatu yang tidak diketahui oleh pengunjung. 

Kompleks Taman Sari



Setelah masuk, kita akan berjumpa dengan kolam yang saya ceritakan di atas. Desain bangunan Taman Sari sangat unik, saya seperti dibawa di zaman di mana bangunan ini dibangun. "Kenapa nggak dari dulu saya ke sini, ya?" pikir saya. Saya sangat takjub dengan desainnya. Total ada 3 buah kolam di dua lokasi berbeda dan dengan fungsinya masing-masing. Namun sayang sekali waktu itu kolam sedang direnovasi. Sekadar info, jadi di area pertama ini, jika kita sudah ke luar area maka kita tidak diperbolehkan masuk lagi, kata petugasnya memang area ini hanya satu arah saja. Jadi, puas-puaskan dulu sebelum keluar area. Saya tidak tahu alasannya, namun saya sangat menghargai aturan tersebut.

Menurut saya, komplek Taman Sari menjadi kurang jelas karena menjamurnya rumah-rumah warga. Saya yang baru pertama berkunjung jadi bingung mau kemana dulu, apalagi dibatasi dengan beberapa area yang hanya "satu arah". Takutnya, setelah keluar kita tidak dapat masuk lagi. Nah, di sinilah berdatangan para guide dari pihak Taman Sari yang mulai mendekati para pengunjung. Tarif guide tersebut adalah seiklasnya saja. Namun, bagi kalian yang uangnya minim dan malas ditemani guide, saya akan jelaskan trik sederhana. Pertama, jangan terlihat bingung, kalau bingung nanti malah semakin ditawari. Kedua, tanya pada warga setempat yang sedang melintas perihal tempat yang akan kalian tuju. Karena jujur saja, kami cukup bingung karena kompleknya yang memang cukup membingungkan. Dengan modal hal tersebut, kami berhasil menemukan lokasi yang kami inginkan. 

Sumur Gumuling
Sumur Gumuling merupakan tujuan kami. Konon dulu lokasi ini merupakan sebuah masjid bawah tanah. Itu lho, tempat foto hits yang berupa 5 tangga yang bertemu jadi satu. Tahu? tempat inilah yang paling hits untuk berfoto. Pantas saja sih banyak guide di sini, karena lokasi Sumur Gumuling yang cukup tersembunyi. Kenapa dinamai sumur? Jadi, memang terdapat sebuah sumur di bawah tangga yang saya maksud tadi. Jujur saja, pada awalnya saya tidak "ngeuh" kalau tempat ini merupakan sebuah masjid. Namun, jika kalian ingin berfoto di tangga itu, pastikan mental kalian kuat ya. Karena harus antri untuk sekadar berfoto, ditambah lagi jika hari mulai siang, pengunjung sangat banyak. Untung pada waktu itu, pengunjung belum terlalu ramai. Haha

Usai puas mengelilingi komplek, kami memutuskan untuk menyudahi penelusuran siang itu. 

Sejarah merupakan nilai penting yang harus kita jaga. Mungkin, beberapa orang tak menyadari pentingnya sejarah. Namun, jika sejarah tidak ada, maka kehidupan di masa sekarang pun juga tak akan ada. Jadi, hargailah sejarah, sekecil apapun itu. Karena, bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu belajar dari sejarah.

Salam Hangat,
Angga Tannaya

0 Response to "Taman Sari Yogyakarta: Menelusuri Komplek Bangunan Bersejarah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel