Bukit Banyak Angkrem: Rock Climbing Ala Pegunungan Menoreh


          Pegunungan Menoreh adalah kawasan pegunungan yang membentang dan mengelilingi Kota Magelang. Jika dipikir-pikir jadi semacam benteng alami yang melindungi kota ini. Keren ya?

        Ngomong-ngomong pada kesempatan kali  ini saya akan menceritakan sebuah perjalanan ke salah satu tempat yang mungkin masih banyak orang belum mengetahuinya. Bisa dibilang perjalanan ini masih sangat hangat sekalian sebagai obat rindu setelah berbulan bulan tidak tracking, karena terakhir tracking adalah bulan Juli di Gunung Semeru. Ceritanya bisa dilihat di postingan saya sebelumnya .Tempat yang saya maksud adalah Banyak Angkrem, Banyak Angkrem merupakan salah satu puncak di Pegunungan Menoreh tetapi bukanlah merupakan puncak tertingginya. Puncak ini berada di Salaman, Kab.Magelang, Jawa Tengah. Kota saya tercinta.

itu Banyak Angkrem

        Untuk sampai di desa terakhir sebelum kami melanjutkan perjalanan menuju puncak dengan berjalan kaki, bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar 40 menit dari pusat kota. Menuju ke arah Purworejo dan setelah sampai di bunderan Salaman ( bagi yang tahu ) ambil jalan ke kiri arah Borobudur. Dari bunderan sudah dekat kok, tinggal mengikuti jalan saja dan ketika sampai di belokan pertama kita ambil jalan masuk ke gang kanan jalan jika dari arah bunderan.

        Waktu itu saya jalan-jalan menuju Banyak Angkrem dengan teman se almamater saya, Humam, Doni, Didin, Irwan, Junan dan Bagas. Kami berangkat dari Magelang ber 6 dan ketemuan dengan Didin di dekat bundaran. Didin kebetulan simbahnya mempunyai rumah di dekat Banyak Angkrem, jadi kita tidak usah bingung lagi akan memparkirnya motor kami dimana. Untuk beberapa teman saya mungkin ini adalah pengalaman pertama bagi mereka tracking menuju sebuah puncak. Ya anggap saja sebuah llatian lah ya haha

        Setelah sampai rumahnya simbah teman saya, kami langsung merparkirkan kendaraan kami. Untuk saat ini sih saya memang sengaja tidak membawa carrier seperti halnya sebuah pendakian di gunung tinggi. Saya hanya menggunakan daypack saja, katanya sih untuk sampai ke puncak hanya dibutuhkan waktu sekitar 1 jam jalan kaki. Tapi setelah melihat puncaknya dari rumah simbah saya langsung yakin bahwa trek untuk sampai ke puncak pasti sangat melelahkan. Bagaimana tidak, dilihat dari bawah saja sudah terlihat treknya pasti sangat curam dan pasti sedikit bonus datarannya.


        Sebenarnya kami disuruh istirahat terlebih dahulu dirumah simbah, tapi berhubung hari makin siang dan kami berencana untuk tek tok saja kami memutuskan untuk langsung berjalan menuju puncak. Dari awal perjalanan saja kami sudah di ‘hajar’ dengan treknya, konstan konstan saja memang. Konstan nanjak maksudnya. Trek awal masih berupa paving dan trek mulai berubah ketika kami sampai di sebuah bangunan dari kayu yang katanya biasa digunakan untuk tempat parkir para penduduk yang akan mencari rumput di kebun. Mulai dari sini trek berubah menjadi jalan setapak khas pegunungan.

         Seperti yang saya perkirakan sebelumnya, treknya sangat melelahkan. Terbuat dari batu batu yang tersusun rapi dan lumayan jelas. Lumayan banyak percabangan yang bisa membuat kami bingung, tapi untungnya kami punya seorang guide alias Didin haha.

 
hati-hati!!

Irwan




         Sekitar 1 jam kami berjalan dan akhirnya kami dihadapkan dengan sebuah tebing dan harus kita panjat jika ingin sampai puncak alias rock climbing. Melihat tebingnya yang ngeri 4 dari 7 orang anggota memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan karena belum memiliki nyali. Kebetulan saya merupakan salah satu dari 3 orang yang melanjutkan perjalanan. 2 orang selain saya adalah Didin karena dia pernah berkunjung kemari sebelumnya dan Humam teman mendaki saya. Sekedar untuk saran saja, sebaiknya memakai celana pendek saja untuk climbing, karena waktu itu saya memakai celana panjang dan saya merasa kewalahan karena kaki saya tidak bebas untuk bergerak. Jika sepatu kalian licin lebih baik lepas saja sepatunya, tetapi harus pintar pintar memilih batuan yang tidak runcing tetapi kuat sebagai pijakan.

 
ngeri yaaa

       Sekitar 10 menit kami memanjat akhirnya kami sampai puncak juga. Yeay! Di puncak ada sebuah batu yang cukup besar dan biasanya dibawah batu tersebut dijadikan tempat mendirikan tenda bagi para pendaki yang ingin bermalam disini.

Berikut pemandangan dari puncak Banyak Angkrem

 
Didin
 
Humam


        Setelah puas berfoto kami memutuskan untuk turun, nah ininih hal yang bikin kami merinding. Karena seharusnya jika menuruni sebuah tebing kita harus menggunakan teknik rappeling alias menuruni tebing menggunakan tali. Tetapi waktu itu kami turun secara manual. Harus ekstra hati-hati sekali. Berpegangan akar dan cekungan batu agar bisa mempermudah laju kami untuk turun. Dan akhirnya alhamdulillah kami sampai juga dibawah tebing.




        Setelah foto bareng kami memutuskan untuk turun. Singkat cerita kami sampai di rumah simbah Didin. Mungkin simbah Didin peka karena kami kelelahan dan akhirnya kami dibuatkan minuman dingin yang segeeeer. Setelah kami rasa cukup beristirahat kami berpamitan kepada pemilik rumah dan kembali ke rumah masing-masing.

Humam, Saya, Doni, Irwan, Didin, Junan minus Bagas fotografernya



 
Doni




The end

0 Response to "Bukit Banyak Angkrem: Rock Climbing Ala Pegunungan Menoreh"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel