Pendakian Gunung Sumbing Via Garung Wonosobo






                Kata sebagian orang mungkin mendaki gunung merupakan kegiatan yang sia-sia, tapi mendaki gunung itu menurut saya bisa menjadi suatu pelajaran berarti dan niscaya bahwa pelajaran itu akan merasuk secara perlahan dalam diri kita. Ngomong-ngomong tentang mendaki gunung pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan sepenggal kisah perjalanan saya di Gunung Sumbing. Gunung Sumbing adalah salah satu gunung yang berada di pinggiran kota Magelang. Gunung dengan ketinggian 3371MDPL ini terlihat gagah dari kota Magelang. Selain itu Gunung Sumbing adalah gunung tertinggi ketiga di pulau Jawa setelah Gunung Semeru di Jawa Timur dan Gunung Slamet di Jawa Tengah. Gunung Sumbing ini biasa disebut gunung kembar, kembarannya adalah gunung Sindoro yang memang keduanya hanya dipisahkan oleh jalan raya Wonosobo-Temanggung.

                Nah kebetulan rumah saya berada di kota yang sejuk bernama Magelang, kota Magelang dikelilingi beberapa gunung antara lain Merbabu, Merapi, Andong, Telomoyo, Sumbing dan pegunungan Menoreh. Nah yang paling tinggi diantara gunung yang saya sebutkan tadi adalah Sumbing. Gunung Sumbing berada di beberapa kabupaten, kab.Magelang ,kab.Temanggung dan kab.Wonosobo. Ada beberapa jalur yang bias dilewati untuk sampai menuju puncak, yaitu jalur Garung di kab.Wonosobo, jalur Butuh Kaliangkrik di kab.Magelang dan beberapa jalur lainnya. Nah yang akan kami pilih adalah jalur Garung, karena waktu itu info yang paling banyak terkumpul adalah jalur Garung.


                
         Semua terjadi begitu saja, saat pertama kali saya kepikiran untuk merencanakan pendakian ke gunung Sumbing. Pada akhirnya diajaklah 3 orang teman yaitu Humam, Andri dan Dwiki. Mereka adalah teman sealmamater saya. Singkat cerita kami memutuskan untuk berangkat tanggal 6 November 2014, meeting point waktu itu adalah di Secang. Kami berangkat motoran berbonceng-bonceng. Saya mbonceng Humam dan Dwiki dengan Andri. Cuaca pada waktu itu cukup mendung, pada saat di perjalanan akhirnya kami kehujanan juga. Alhasil kami harus memakai mantol. Perjalanan menuju basecamp garung sangat berkesan bagi saya dan Humam, waktu itu ketika kami melewati jalan Parakan yang mulai berkelok-kelok dan tentunya licin karena terguyur hujan sebuah insiden yang membuat kami sangat merinding terjadi. Sebenarnya saya sudah mengingatkan Humam untuk jangan ngebut, tapi sepertinya dia tidak menghiraukan perkataan saya waktu itu. Alhasil pada tikungan di Parakan kami menyalip sebuah mobil dan seketika Humam tidak bisa mengendalikan motornya dan akhirnya kami pun terpeleset di depan mobil yang kami selip tadi. Ya Allah, rasanya sangat deg-degan. Untungnya mobil tadi dalam kondisi pelan dan mobil lawan arah pun dalam kondisi pelan sehingga sopirnya bisa menhindari motor kami yang tergeletak di tengah jalan. Ya Allah mimpi apa saya semalam, tanpa pikir panjang  saya langsung membawa motor Humam menuju pinggir jalan. Setelah itu saya mengeluarkan kotak p3k saya dari dalam carrier untuk mengobati muka Humam yang bonyok. Alhamdulillah saya tidak mengalami luka yang parah, hanya telapak saya saja yang luka dan celana rain coat saya yang sobek. Tapi tak apa kawan jadikan kejadian ini pelajaran.
                
          Satu hal yang membuat saya bangga kepada Humam, dia dengan rasa semangat menjawab “lanjut!” ketika saya tanyai mau lanjut atau tidak. Setelah istirahat beberapa saat kami melanjutkan perjalanan menuju basecamp Garung.
                Sampai di basecamp kami mengurus administrasi dan perijinan terlebih dahulu. Sebelum mendaki kami berdoa agar Allah senantiasa tetap melindungi perjalanan kami. Perjalanan kami mendaki sangat santai mengingat si Humam dalam keadaan seperti itu. Jalur yang disediakan ada 2 macam, yaitu jalur lama dan jalur baru, dengan beberapa pertimbangan akhirnya kami memilih jalur lama saja. Jalan menuju pos 1 didominasi jalan berbatu dan melewati ladang penduduk.

Jalan berbatu sebelum pos 1

                Nah setelah pos 1 inilah jalan tanah setapak mulai terlihat, cukup banyak percabangan waktu itu, tapi tenang saja dari basecamp akan diberi lembaran petunjuk rute dan peta kok. Karena belum terlalu lelah kami memutuskan untuk lanjut menuju pos 2. Sampai di pos 2 saat itu mulai terdengar kumandang adzan dari kejauhan. Sembari beristirahat kami memutuskan untuk sholat terlebih dahulu. Matahari mulai tenggelam itu tandanya kami harus mengeluarkan senter untuk penerangan jalan. Target kami waktu itu adalah pos 3 sebagai tempat ngecamp, karena menurut penduduk setempat di pos Pasar Setan sering terjadi badai.

                Rasa lelah mulai menggelanyuti, cuaca pada malam hari itu sangat bersahabat. Terasa sangat hangat dan tidak terlalu besar juga angin yang lewat. Setelah beberapa berjalan akhirnya kami sampai pos 3, disana kami memilih tempat di dekat pohon agar angin tidak langsung mengenai tenda kami. Ngomong-ngomong pos 3 ini masih berada di bawah Pasar Setan, tapi tenang tidak terlalu jauh kok jaraknya. Tenda pun akhirnya terbangun, barang-barang kami masukkan semua dan ditata didalam tenda. Kami memutuskan untuk memasak makanan dahulu sebelum tidur agar tenaga terisi. Sebenarnya jarak dari campground sampa puncak masih sangat jauh, kurang lebih 3-4 jam perjalanan santai, itu tandanya kami harus memulai summit attack pada pagi buta sekali. Tapi mau bagaimana lagi, badan sudah sangat lelah. Sebelum tidur kami menyetel alarm di handphone kami pukul setengah 4 pagi dengan harapan esok hari cuaca cerah.

Pestan (Pasar Setan)

                Hari berganti menjadi minggu, karena empuknya kasur alam kami jadi kesiangan padahal sebenarnya saya pun sudah membangunkan mereka bertiga pada saat alarm di handphone saya berbunyi. Tapi ya sudahlah daripada hari semakin siang kami pun menghangatkan badan dahulu dengan secangkir kopi panas. Menata sebagian barang yang kami bawa untuk summit attack, tidak usah terlalu muluk-muluk cukup dengan 1 daypack saja. Setelah kami rasa persiapan sudah cukup kami pun berangkat diiringi temaram cahaya bulan purnama yang kebetulan waktu itu hampir bulat sempurna dan ditemani sindoro yang berdiri gagah. Waktu itu banyak pendaki dari Sindoro yang menyorotkan senter mereka ke arah Gunung Sumbing, dan mereka hampir sampai puncak sedangkan kami baru setengahnya saja.


sindoro
               
          Sebenarnya jarak menuju puncak dari Pasar Setan hanya 1,5km saja, tapi akibat jalur yang ekstrim dan sangat licin membuat para pendaki menghabiskan waktu yang cukup lama untuk sampai ke puncak. Dari pasar setan ada beberapa pos lagi yang harus kami lewati, nah setelah dari pasar setan kita melewati pos yang bernawa Pasar Watu. Sesuai namanya disana memang banyak sekali batu-batu besar yang berserakan.

menapakan kaki di sebuah batu di Pasar Watu
  
         Setelah Pasar Watu kami harus melewati 2 pos lagi sebelum tiba di puncak. Nah setelah kami melewati Pasar Watu kami tiba di pos Watu Kotak, sesuai bayangan saya disana terdapat sebuahbatu besar yang berdiri gagah. Disini sebenarnya bisa untuk tempat ngecamp tapi hanya untuk beberapa tenda saja. Dan trek sebelum Watu Kotak ini jalannya harus seperti merambat gitu, jadi jika kita berjalan di tengah malam harus ekstra hati-hati.

                Pos yang terakhir adalah pos Tanah Putih, ditandai dengan suatu plang bertuiskan “Tanah Putih”, disana memang jalannya terlihat agak putih. Jarak dari sini sudah tidak terlalu jauh kok, dan akhirnya kami dihadapkan oleh sebuah persimpangan yang jika memilih ke kanan akan menuju Puncak Kawah yang katanya jalur kesana sangat ekstrim dan diperlukan keahlian khusus untuk mencapainya. Dan jika kita memilih jalur yang lurus makan akan mengarah menuju Puncak Buntu, demi keselamatan kami pun memilih Puncak Buntu sebagai tujuan utama kami.

                Kami pun sampai di Puncak Buntu dan alhamduliillah cuaca pada siang hari itu sangat cerah walaupun saat kami di Watu Kotak kabutnya mulai naik. Dan inilah panorama yang disajikan pada siang hari kala itu…

diatas awan men

Sindoro berselimutkan awan

tampak kawah sumbing dari puncak buntu

                Setelah cukup lama istirahat kami memutuskan untuk turun, singkat cerita kami sampai di tempat camp, mengisi tenaga dahulu sebelum kami turun dan pulang ke rumah masing-masing. Dan yang saya rasakan waktu itu adalah rasa puas yang sangat luar biasa, mengingat pada saat kami berangkat kami sempat terjatuh di aspal dan perjalanan 9,5 jam yang saya rasa sangat berat terbayarkan oleh pemandangan di puncak yang begitu menakjubkan. Terima kasih ya Allah atas segala pelajaran yang kami terima pada perjalanan kali ini, bahwa setiap kesuksesan harus melalui berbagai rintangan dan cobaan, semua tergantung pada diri kita sendiri, seberapa kita kuat menjalani kesulitan yang Allah berikan. Dan percayalah semua akan indah pada waktunya.

                Salam lestari!

0 Response to " Pendakian Gunung Sumbing Via Garung Wonosobo"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel