Hujan di Sepanjang Pendakian Gunung Lawu


     
         Gunung Lawu adalah salah satu gunung yng terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ngomong-ngomong Gunung Lawu ini memiliki tiga puncak, yang bernama Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Pendakian Gunung Lawu dapat dimulai dari beberapa basecamp. Salah duanya yang paling populer adalah Cemoro Kandang di Kab.Karanganyar Jawa Tengah, serta Cemorosewu, Kab.Magetan, Jawa Timur. Ada satu lagi yang saya tahu adalah jalur dari Candi Cetho, namun masih kurang familier di telinga saya. Gerbang masuk antara Cemoro Sewu dan Kandang kurang lebih terpisah kurang lebih 500m. Ya cukup dekat lah pokoknya.

         Pada akhir tahun 2014 saya berkesempatan untuk mendaki gunung lawu bersama seorang teman yaitu Andri. Awalnya emang kita punya rasa pengen mendaki lawu sejak beberapa bulan lalu, planning ber 6 tapi pada H-2 beberapa teman memutuskan untuk nggak ikut. Hal ini sebenernya udah bikin males banget, tapi mau gimana lagi planning harus tetap berjalan. Lagipula barang-barang sudah ter-packing rapi di dalam carrier. 
        Pada akhirnya saya berangkat tanggal 23 des dengan andri. Kita berangkat motoran, berangkat dari magelang dan ketemuan di secang. Waktu itu kita berangkat sebelum subuh, memacu motor melewati jalanan grabag, air terjun sekar langit, melalui jalan yang gelap dan masih sepi banget. Di kanan gunung andong dan kiri gunung telomoyo. Tembusnya di jalan raya kopeng, kemudian melewati jalanan salatiga-boyolali-solo. Dan akhirnya kami istirahat di sebuah masjid di daerah karanganyar untuk melemaskan otot yang tegang. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju cemoro sewu, basecamp yang akan kami jadikan tempat istirahat sebelum kami melanjutnya perjalanan yang sebenarnya menuju hargo dalem. 



          Hargo dalem adalah salah satu puncak dimana ada sebuah warung diatasnya, kalian pernah denger warung mbok yem? Warung yang melegenda bagi pendaki yang pernah ke lawu. Mungkin jadi warung tertinggi di jawa kali yak. Diatas 3000mdpl broh bayangin -_-
          
          Nah, di warung itulah kami akan bermalam. Karena memang disana sudah disediakan tempat tidur untuk para pendaki. Tanpa kasur memang, tapi bagi pendaki mah itu udah vip banget, vvip malah. Selain anget disana juga disediakan beberapa jenis makanan, seperti gorengan, mie rebus, dll. Dan yang selalu menjadi target adalah nasi pecelnya. Rasanya tuh nikmaaat banget, sambil makan tempe goreng yang irisannya tebel-tebel haha


Oke, lanjutt..
Singkat cerita kami berangkat dari basecamp jam 10 tepat. Diawali dengan mengurus perijinan, dengan membayar biaya administrasi 10rb/orang dan 5rb untuk parkir per motornya.


                Saat itu termasuk agak sepi, karena emang dari basecamp kita ketemu rombongan lain waktu di pos bayangan 2. Waktu itu cuaca agak mendung, lerengnya pun tertutup kabut. Setelah berjalan cukup lama kami istirahat di sebuah pos yang awalnya kami anggap itu pos 1, dan kalian tau itu apa? Itu pos bayangan, udah pos bayangan pula. Pait emang, tapi tak sepahit bayang-bayang mantan haha
Sekitar 5 menit istirahat akhirnya kami lanjut menuju pos 1. Sebelum pos 1 ternyata masih ada pos bayangan lagi. Nah disitulah pertama kali kami papasan dengan pendaki lain, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sejenak sambil bincang2 dengan mereka. Ngobrol ngalor ngidul.
Beberapa waktu kemudian kami lanjut. Dari pos tadi menuju pos 1 nggak terlalu jauh, tapi lumayan bikin cape. Disana terdapat beberapa warung yang ternyata masih tutup.
Setelah pos 1 inilah yang bikin males, jaraknya menuju pos 2 jauh banget men. Tapi yasudahlah jalanin aja.
               Sampai pos 2 kami istirahat agak lama, yaa sekitar 1 jam karena hujannya deres banget. Sebetulnya kami bawa rain coat, tapi males mau ngeluarin. Alhasil nunggu ujan agak mendingan lah.
Disinilah pertama kali kami kenalan dengan 4 orang pendaki dari Ngawi yang bernama mas Nopik, mas Dafa, mas Romi dan Ihsan. 




Sebenernya kami udah salip-salipan sbelum pos 2.
                Setelah ujan reda kami lanjut, pos 3 agak jauh tapi nggak terlalu jauh juga sih. Disitu kami ketemu lagi dngn mereka yang sebelumnya mereka lanjut duluan. Disini ada yang bikin saya bertanya-tanya, di pos 3 sebelumnya ada seorang bapak dan anaknya yang udah abg. Yang saya kagetkan adalah mereka nyumet dupa yang entah apa gunanya. Tapi yaudah sih biarin aja, positive thinking broh. 
Nah ininih trek yang paling ngeri, pos3 ke pos4.
            Ya walaupun agak deket tapi ngeriiii treknya. Nanjak dan full batu, sampai di pos 4 pemandangan sudah mulai kelihatan. Karena mulai pos 4 tumbuhan tidak serapat sebelumnya. Di pos 4 ini tidak shelter seperti di pos-pos sebelumnya. Hanya dataran kecil yang mungkin cukup untuk 1 tenda. Jarak antara pos 4 dan pos 5 bisa dibilang dekat, karena memang waktu tempuh tidak ada setengah jam.
              Di pos 5 ini juga terdapat beberapa warung yang masih kosong, maksudnya kosong adalah belum ada orang yang jual dan juga belum ada pembeli. Kenapa tidak ada yang beli? Ya karena tidak ada yang jual. Bingung? Sama saya juga bingung. Haha



Lanjut...

            Beberapa menit dari pos 5 kami melihat sebuah warung di samping sendang drajat. Di sendang drajat ada berupa sesaji yang berisikan kembang mawar dan lain-lain, ya karena katanya disini memang tempat yang kramat. Warung tersebut bukan warung mbok yem lho ya, melainkan warung mbok nah. Inget, warung mbok yem ada di puncak hargo dalem. Selain sebagai tempat kramat, sendang drajat merupakan salah satu sumber air di Lawu. Jadi sebelum melanjutkan perjalanan kami mengisi persediaan air dulu ke dalam botol.
              Matahari mulai tenggelam, itu berarti sudah waktunya untuk mengeluarkan headlamp. Selain karena gelap, waktu itu juga kabut sedang turun.
Setelah sampai di warung mbok yem kami langsung menuju pintunya, tapi bukan langsung nyelonong. Kita ketuk dulu pintunya dan akhirnya dibukakan oleh seseorang bapak yang entah itu suami dari mbok yem atau siapa saya juga kurang paham.

            Kita istirahat dan memesan beberapa makanan untuk mengisi tenaga, waktu itu saya memesan teh hangat, mie rebus dan nasi pecel.
Tapi walaupun udah ada warung diatas kita tetap harus menjalankan prosedur pendakian lho ya, yaitu membawa logistik. Karena itu penting banget!
Setelah kenyang rasa kantuk pun mendatangi, alhasil kami langsung tidur saja. Karena keesokan harinya kami akan melanjutkan ke tujuan utama kami yaitu Hargo Dumilah. Titik tertinggi gunung Lawu.
  
            Hari berganti menjadi tanggal 24, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 4. Tanpa basa basi saya langsung keluar saja. Pemandangan yang disajikan sangat luar biasa, matahari yang terbit sangat membuat kami takjub. Iya, keren banget emang waktu itu. dan inilah pemandangan yang disajikan pada pagi itu







setelah menikmati sunrise kami sarapan untuk mengisi tenaga sebelum berangkat menuju Hargo Dumilah.
perut sudah terisi dan tenaga kami rasa sudah terkumpul akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju puncak tertinggi. waktu tempuhnya tidak lama kok, tidak sampai setengah jam jalan santai.
tetapi hanya jalannya yang menanjak yang terkadang membuat kami cepat lelah, entah karena di ketinggian kemudian oksigen menipis atau karena faktor lelah akibat pejalanan kemarin.

beberapa waktu kemudian kami sampai di Hargo Dumilah, Alhamdulillah sungguh lega rasanya bisa menuntaskan misi yang sudah lama ingin kami laksanakan
dan taraaaa



          Setelah beberapa lama menjepret panorama dari puncak Lawu kami memutuskan untuk turun karena pada waktu itu cuaca mulai mendung dan kabut mulai naik. singkat cerita kami sampai di basecamp. Dan kita harus ingat bahwa kita harus membawa sampah kita turun, jangan kotori gunung yang indah ini tercemar dengan sampah karena gunung bukan tempat sampah!



0 Response to "Hujan di Sepanjang Pendakian Gunung Lawu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel